ASPI 2023
Conference Management System
Main Site
Submission Guide
Register
Login
User List | Statistics
Abstract List | Statistics
Poster List
Paper List
Reviewer List
Presentation Video
Online Q&A Forum
Access Mode
Ifory System
:: Abstract List ::

Page 4 (data 91 to 120 of 129) | Displayed ini 30 data/page
<< PREV 1 2 3 4 5 NEXT >>

91 PENGELOLAAN LINGKUNGAN BERKETAHANAN ABS-45

Kebutuhan RTH Publik Fungsi Sosial di Kota Banjarmasin Berdasarkan Persepsi Masyarakat
Mohammad Rifat Jauhari (a*), Ajeng Nugrahaning Dewanti (b)

a) Perencanaan Wilayah dan Kota, Institut Teknologi Kalimantan, Balikpapan, Indonesia
*08191042[at]student.itk.ac.id
b) Perencanaan Wilayah dan Kota, Institut Teknologi Kalimantan, Balikpapan, Indonesia


Abstract

Kota Banjarmasin memiliki luasan yang masih belum terpenuhi kebutuhannya, masyarakat Kota Banjarmasin yang terus bertumbuh setiap tahunnya berdampak terhadap pembangunan infrastruktur kota, jumlah penduduk dan pembangunan infrastruktur kota yang terus meningkat berdampak terhadap kurangnya Ruang Terbuka Hijau (RTH)Kota Banjarmasin. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kebutuhan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Publik Fungsi Sosial di Kota Banjarmasin Berdasarkan Persepsi Masyarakat, sehingga meningkatkan kualitas Ruang Terbuka Hijau (RTH) Publik Fungsi Sosial di Kota Banjarmasin, dengan menggunakan metode statistik deskriptif yang menampilkan persepsi masyarakat terhadap kebutuhan Ruang Terbuka Hijau (RTH) publik fungsi sosial dengan kondisi eksisting Ruang Terbuka Hijau (RTH) publik fungsi sosial di Kota Banjarmasin. Pengumpulan data menggunakan metode survei dan kuesioner untuk mendapatkan data kondisi eksisting Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan persepsi masyarakat terhadap kebutuhan Ruang Terbuka Hijau (RTH) publik fungsi sosial. diketahui berdasarkan hasil identifikasi RTH publik fungsi sosial di Kota Banjarmasin, kondisi RTH didominasi oleh kebutuhan fasilitas rekreasi, fasilitas kesehatan, dan fasilitas ubin pengarah kaum difabel, dikarenakan RTH publik fungsi sosial eksisting di Kota Banjarmasin didominasi oleh RTH yang tidak menyediakan fasilitas tersebut. Sehingga diketahui Kecamatan Banjarmasin Utara merupakan Kecamatan dengan jumlah RTH dengan kondisi eksisting RTH publik fungsi sosial tidak dapat berfungsi paling banyak dibandingkan dengan keseluruhan Kecamatan di Kota Banjarmasin yang terdiri dari 4 (empat) taman.

Keywords: Kota Banjarmasin, Persepsi Masyarakat, Ruang Terbuka Hijau Publik

Share Link | Plain Format | Corresponding Author (Mohammad Rifat Jauhari)


92 PENGELOLAAN LINGKUNGAN BERKETAHANAN ABS-53

Identifikasi Jumlah dan Pola Kriminalitas Sebelum, Saat dan Setelah COVID-19 di Kelurahan Damai, Kota Balikpapan
Dewani Agdis Abdissiam (a*), Rahmat Aris Pratomo (b)

a) Institut Teknologi Kalimantan
Jalan Soekarno-Hatta KM 15, Balikpapan, Indonesia
*dewani.agdis.abdissiam[at]gmail.com
b) Institut Teknologi Kalimantan
Jalan Soekarno-Hatta KM 15, Balikpapan, Indonesia


Abstract

Kriminalitas adalah segala macam tindakan merugikan secara ekonomis dan psikologis serta merupakan struktur sosial yang dapat berubah dari waktu ke waktu. Peningkatan kriminalitas dapat diakibatkan oleh kejadian luar biasa karena kerentanan lingkungan sosial yang berakibat pada melemahnya identifikasi dan pengenalan terhadap isu. Kejadian luar biasa berdampak pada tren kriminalitas sebab adanya pergeseran bertemunya korban dan pelaku dalam waktu dan tempat seiring berubahnya mekanisme lingkungan sosial dan kontrol sosial. Pada akhir tahun 2019, dunia dilanda oleh kejadian luar biasa yaitu pandemi COVID-19 yang disebabkan oleh virus SARS-CoV-2 yang pertama kali ditemukan di Wuhan, Republik Rakyat Cina kemudian menyebar ke seluruh penjuru dunia tak terkecuali Indonesia. Penyebaran COVID-19 yang cepat membuat negara-negara di seluruh dunia melakukan berbagai tindakan untuk menjaga kesehatan masyarakat dan mencegah penularan virus COVID-19, termasuk menjaga jarak dan mengurangi mobilitas masyarakat. Wali Kota Balikpapan juga telah mengeluarkan surat edaran pelaksanaan pemberlakukan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) yang mengatur tentang aktivitas dan mobilitas masyarakat menurut jenis kegiatan dengan ketentuan pelaksanaan kegiatan dan jam operasional kegiatan. Analisis tentang peristiwa kriminalitas yang terjadi sangat dibutuhkan melalui deteksi pola untuk mendapatkan pemahaman yang lebih lanjut pada persebaran titik rawan kriminal. Sistem Analisis Geografis (SIG) merupakan langkah yang diambil untuk memetakan daerah rawan kriminalitas. Penentuan pola terhadap persebaran kriminalitas dimaksudkan untuk mengetahui daerah yang teridentifikasi sebagai daerah rawan terhadap tindakan kriminalitas, mengurangi, menekan bahkan mencegah tindak kriminal dengan data yang pasti dan tidak hanya dengan dugaan atau asumsi maupun anggapan rawan. Penelitian mengenai identifikasi jumlah dan pola kriminalitas sebelum, saat dan setelah pandemi COVID-19 di Indonesia sebelumnya masih sangat minim. Dengan adanya teori dan penemuan mengenai perubahan jumlah kriminalitas maka dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui jumlah dan pola kriminalitas di Kota Balikpapan, khususnya pada Kelurahan Damai yang memiliki jumlah kasus terlapor terbanyak di Kota Balikpapan dengan rentang waktu penelitian sebelum, saat dan setelah pandemi COVID-19. Dengan demikian, daerah rawan terhadap tindakan kriminalitas dapat diidentifikasi sebagai bentuk awal mitigasi tindakan kriminalitas jika kejadian luar biasa serupa pandemi COVID-19 terjadi kembali. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah pendekatan positivisme dengan jenis penelitian kuantitatif. Variabel penelitian yang digunakan adalah jumlah kriminalitas dan pola sebaran kriminalitas. Jumlah kriminalitas merupakan jumlah kejadian kriminalitas di wilayah studi, sedangkan pola kriminalitas adalah pola distribusi spasial titik-titik lokasi terjadinya kriminalitas yang dapat membentuk pola acak, mengelompok maupun menyebar. Penelitian ini menggunakan seluruh titik lokasi kriminalitas sebelum, saat, dan setelah COVID-19 di Kelurahan Damai. Metode pengumpulan data menggunakan data sekunder melalui Kepolisian Resor Kota Balikpapan. Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif kuantitatif berupa perhitungan kasus kriminalitas pada setiap unit RT di Kelurahan Damai dengan hasil berupa peta sebaran titik kriminalitas di Kelurahan Damai beserta intepretasi jumlah kriminalitas. Sedangkan identifikasi pola kriminalitas di Kelurahan Damai menggunakan alat analisis Average Nearest Neighbor. Analisis tersebut digunakan untuk mengetahui pola distribusi titik-titik lokasi kriminalitas dengan mempertimbangkan jumlah titik lokasi dan luas wilayah studi. Analisis tersebut memerlukan data titik lokasi kejadian kriminalitas di Kelurahan Damai. Melalui analisis deskriptif kuantitatif diketahui bahwa jumlah kriminalitas tertinggi di Kelurahan Damai terjadi pada tahun 2020. Jumlah kriminalitas mengalami kenaikan pada awal pandemi COVID-19 lalu mengalami penurunan pada pertengahan pandemi tahun 2021, kemudian kembali meningkat pada tahun 2022. Selanjutnya, titik kriminalitas setiap RT dianalisis dengan menggunakan alat analisis Average Nearest Neighbor sehingga diketahui jenis pola pada setiap RT yang memiliki dua atau lebih titik kriminalitas. Hasil analisis menunjukkan bahwa seluruh pola kriminalitas Kelurahan Damai sebelum, saat dan setelah COVID-19 memiliki pola dispersed. Dapat disimpulkan bahwa jumlah kriminalitas pada sebelum, saat dan setelah pandemi COVID-19 mengalami perubahan. Hal tersebut disebabkan oleh pembatasan terhadap aktivitas dan mobilitas masyarakat di masa pandemi COVID-19. Selain itu, dapat diketahui pula bahwa seluruh sebaran titik kriminalitas di Kelurahan Damai memiliki pola menyebar, artinya pola kriminalitas Kelurahan Damai tidak mengalami perubahan pada rentang waktu sebelum, saat maupun setelah COVID-19.

Keywords: Balikpapan- COVID-19- jumlah kriminalitas- kriminalitas- pola kriminalitas

Share Link | Plain Format | Corresponding Author (Dewani Agdis Abdissiam)


93 PENGELOLAAN LINGKUNGAN BERKETAHANAN ABS-54

Permodelan Banjir dan Strategi Mitigasi Bencana di Kelurahan Rapak Dalam
Febi Ayu caroline Pitaloka 1, Rahmat Aris Pratomo 2

Institut Teknologi Kalimantan


Abstract

Banjir merupakan luapan air hujan di sungai yang naik ke permukaan akibat ketidakmampuan sungai karena adanya pendangkalan sungai serta akibat dari curah hujan yang menjadi faktor utama banjir. Selain faktor alam, banjir juga diakibatkan dari pertambahan jumlah penduduk yang mengakibatkan tingginya permintaan pemanfaatan lahan untuk permukiman yang berdampak terhadap genangan Sehingga dapat diartikan bahwa banjir merupakan bencana rutin yang terjadi pada saat musim penghujan dan akibat dari ketidakmampuan interfiltrasi tanah. Serta dengan adanya hambatan pada sistem aliran drainase, yang semakin meningkatkan potensi bencana banjir terjadi. Bencana banjir menjadi hal yang umum terjadi salah satunya pada Kelurahan Rapak Dalam Kota Samarinda. Kejadian banjir terbesar terjadi akibat durasi hujan yang lama pada 21 Maret 2018 pukul 19:00 sampai dengan 22 Maret 2018 pukul 03:30 WITA. Selain faktor alam seperti curah hujan, topografi dari Kelurahan Rapak Dalam yang termasuk kawasan dataran rendah juga menjadi faktor penyebab banjir. Hal tersebut berdasarkan pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Dinas BPBD kota Samarinda. Dan pada dokumen Perda No. 2 Tahun 2014 tentang RTRW Kota Samarinda Tahun 2014-2023 juga menyatakan bahwa Kelurahan Rapak Dalam adalah kawasan rawan bencana banjir. Selain itu faktor peruban guna lahan menjadi salah satu penyebab banjir dimana, lahan awal didominasi oleh sawah dan semak belukar kini banyak berubah menjadi permukiman serta penggalian dan pertambangan tanah, batu dan pasir. Sehingga mempengaruhi fungsi infiltrasi dan mengakibatkan limpasan. Dalam mengembangkan strategi mitigasi diperlukan permodelan yang memprediksi kejadian banjir akibat perubahan guna lahan dengan intensitas curah hujan yang sama pada kejadian banjir terbesar. Pemodelan hidroligi digunakan dalam memenghitung debit banjir agar dapat memberikan strategi mitigasi yang sesuai agar dapat optimal. Pada penelitian ini digunakan metode kuantitatif dengan pendekatan positivisme, dengan tujuan memberikan gambaran maupun deskripsi terkait suatu kondisi objektif dengan menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, lalu ditafsirkan terhadap data, sampai penampilan hasilnya. Permodelan banjir menggunakan bantuan software HEC HMS dengan output berupa simulasi debit banjir. Permodelan banjir tersebut dibangun dari dampak hidroligi akibat perubahan fungsi penggunaan lahan dengan intensitas curah hujan. Dan permodelan tersebut digunakan sebagai pendekatan dalam menentukan strategi mitigasi yang aka diberikan. Data primer dalam penelitian ini berupa data data pengukuran penampang drainase yang menuju DAS utama Rapak Dalam. Melakukan identifikais terhadap perubahan penggunaan lahan, pengamatan langsung agar mengetahui batas air pada kejadian banjir di tahun 2018, serta melakukan wawancara dengan sampel yang sudah ditetapkan. Wawancara dilakuakn agar mengetahui terkait dengan ketinggian, lama waktu surut banjir, serta mitigasi banjir apa saja yang sudah dilakukan setelah kejadian banjir di tahun 2018 hingga saat ini berdasrkan pada hasil permodelan HEC HMS. Pada data sekunder dilakukan dengan mengumpulkan dokumen dari instansi pemerintah dan shp Kota Samarinda. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan dengan bantuan software HEC HMS didapatkan hasil permodelan ketinggian debit banjir tahun 2018 dan 2022 pada Kelurahan Rapak Dalam yang mana debit banjir pada tahun 2022 yang merupakan hasil permodelan dengan menggunakan intensitas hujan 2018 dan penggunaan lahan tahun 2022, memiliki ketinggian yang lebih dalam dan waktu surut yang berbeda dengan kejadian di 2018. Banjir akibat limpasan tersebut diprediksi akan memiliki dampak yang lebih besar akibat dari perubahan penggunaan lahan yang dijadikan permukiman dan kegiatan pengalian dan pertambangan tanah, batu serta pasir. Sehingga tanah tidak dapat lagi menyerap air dengan maksimial, selain itu diketahui saluran draianse menuju DAS utama Rapak Dalam mengalami sedimintasi. Sedimentasi ini mengakibatkan saluran pada aliran terhambat dan dasar penampang yang dangkal juga salah satu faktor air meluap. Sehingga dibutuhkan strategi yang dapat mengurangi dampak banjir tersebut menyesesuaikan dengan hasil permodelan dan juga analisis ini berfokus dengan pedoman SWOT mengenai startegi mitigasi kejadian banjir tahun 2018 hingga saat ini oleh BPBD Kota Samarinda.

Keywords: Banjir, HEC HMS, Keluraha Rapak Dalam, Mitigasi, SWOT

Share Link | Plain Format | Corresponding Author (febi ayu caroline pitaloka)


94 PENGELOLAAN LINGKUNGAN BERKETAHANAN ABS-59

Kajian Pengelolaan Lingkungan Berketahanan Di Kawasan Danau Batur dan Sekitarnya
Medtry (a*), M. Yogie Syahbandar (b)

a) Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Institut Teknologi Indonesia, Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten
*medtrysumatra[at]iti.ac.id
b) Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Pakuan, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat


Abstract

Danau Batur terbentuk dari aktivitas ledakan Gunung Batur purba, ledakan yang besar menyebabkan terbentuknya kaldera yang besar dan kemudian kaldera tersebut mulai terisi oleh air di cekungannya. Secara fisiografis bentang wilayah Gunung Batur merupakan bentang lahan wilayah pegunungan berupa ^Kaldera^ yang dibatasi oleh perbukitan sisa yang berbentuk melingkar mengelilingi kaldera tersebut. Terdapat 16 desa administratif yang wilayahnya berada di dalam Kawasan Daerah Tangkapan Air (DTA) Danau Batur, meliputi Desa Abang Batu Dinding, Abang Songan, Batur Selatan, Batur Tengah, Batur Utara, Belandingan, Buahan, Kedisan, Kintamani, Pinggan, Siakin, Songan A, Songan B, Sukawana, Suter dan Trunyan.
Danau Batur termasuk dalam danau prioritas nasional yang perlu mendapatkan perhatian khusus. Keberadaannya sangat spesifik yakni merupakan danau vulkanik alami tanpa inlet dan outlet (cekaman terkungkung). Dengan kondisi yang terkungkung tersebut Danau Batur rawan pencemaran air, pengendapan sedimen dan banjir akibat aktifitas penduduk sekitar danau dan kondisi alam gunung berapi. Untuk menjaga ketahanan lingkungan danau Batur sebagai water reservoir yang menciptakan ekosistem spesifik menjaga keberlangsungan daur hidrologi, sebagai sumber air baku/minum bagi masyarakat, keberlansungan perikanan (tangkap dan budidaya), pertanian, perkebunan, pariwisata dan kegiatan keagamaan. Selain itu kawasan Danau Batur merupakan warisan budaya (cultural heritages) dunia dan berfungsi sebagai daerah konservasi, edukasi dengan prinsip sustainable development dan sebagai Geopark (taman bumi) sehingga tujuan kajian ini adalah membuat strategi pengelolaan lingkungan yang berketahanan. Dengan menentukan deliniasi kawasan yang menjadi zona kendali pemanfaatan ruang Danau Batur dan sekitarnya, melakukan kajian lingkungan strategis dan usulan rencana aksi penyelamatan Batur. Metodologi penelitian melakukan observasi aspek makro, messo dan mikro kawasan baik secara fisik, sosial dan budaya, melakukan wawancara dan focus group discussion.

Keywords: Pengendalian, Berketahanan, Pemanfaatan Ruang, Pengelolaan, Lingkungan

Share Link | Plain Format | Corresponding Author (Medtry Medtry)


95 PENGELOLAAN LINGKUNGAN BERKETAHANAN ABS-62

Perencanaan Pengelolaan Persampahan Berdasarkan Analisis Proyeksi Timbulan dan Kebutuhan pada Wisata Meranti
Siti Khoriah (1*), Mega Ulimaz (1)

(1) Perencanaan Wilayah dan Kota/Jurusan Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Kalimantan, Balikpapan


Abstract

Pemanfaatan kawasan Hutan Lindung Sungai Manggar yang dikembangkan menjadi suatu wisata alam baru ini, akan menimbulkan adanya peningkatan jumlah pengunjung yang dapat berdampak negatif bagi lingkungan sekitar kawasan. Wisata Meranti yang hingga kini masih dalam tahap pengembangan untuk meningkatkan daya tarik wisata, belum memiliki prasarana yang lengkap. Salah satunya prasarana terkait pengelolaan sampah dalam kawasan wisata ini. Dengan adanya hal tersebut, dapat diprediksikan akan memperburuk kondisi lingkungan wisata ini di masa mendatang. Oleh karena itu, sangat penting bagi suatu kawasan wisata alam baru untuk merencanakan sistem pengelolaan persampahan yang terpadu agar penanganan sampah dalam kawasan dapat ditangani dan dikelola dengan baik, sehingga tidak merusak kondisi lingkungan dan tidak meningkatkan timbulan sampah bagi daerah sekitar wisata ini. Serta rencana ini juga merujuk pada pembangunan kawasan wisata alam yang cerdas dan berkelanjutan dalam mempertahankan kondisi lingkungan dan ekosistem kawasan wisata. Dalam melaksanakan rencana ini, metode yang digunakan yakni dengan melakukan analisis proyeksi timbulan sampah serta kebutuhan pengelolaan sampah di kawasan Wisata Meranti yang ditinjau berdasarkan aktivitas, fasilitas dan vegetasi yang terdapat dalam kawasan yang didapatkan melalui survei primer dan sekunder. Adapun perencanaan pengelolaan persampahan pada kawasan ini dilakukan berdasarkan hasil analisis yang diproyeksikan dalam kurun waktu 5 tahun ke depan yakni pada tahun 2028. Dengan rencana pengelolaan sampah yang mulai dari aspek fisik meliputi pewadahan, pemilahan hingga pengolahan, serta dari aspek non fisik meliputi kelembagaan, pembiayaan, serta hukum dan peraturan.

Keywords: Kebutuhan, Pengelolaan Persampahan, Timbulan, Wisata Alam

Share Link | Plain Format | Corresponding Author (Siti Khoriah)


96 PENGELOLAAN LINGKUNGAN BERKETAHANAN ABS-70

Konektivitas Ruang Terbuka Hijau: Ketersediaan Infrastruktur Hijau di Jakarta Timur
Dayu Ariesta Kirana Sari 1,*, Prama Ardha Aryaguna 2, Hasanudin 3

1Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota/Fakultas Teknik/Universitas Esa Unggul
2Program Studi Survey dan Pemetaan/ Fakultas Teknik/Universitas Esa Unggul
3Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota/ Fakultas Teknik/Universitas Esa Unggul


Abstract

Infrastruktur hijau dimaknai sebagai adanya konektivitas dari tiap-tiap fungsi ruang terbuka hijau (RTH) yang dapat memberikan multi-manfaat dan meningkatkan layanan ekosistem. RTH ini dapat berupa jalur (koridor) hijau, taman atau lahan hijau lainnya yang memiliki fungsi ekologis maupun sosial. Namun, adanya berbagai kebutuhan fungsi ruang dan aktivitas menyebabkan adanya fragmentasi di kawasan yang padat penduduk. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi konektivitas ketersediaan ruang terbuka hijau di Jakarta Timur. Metode analisis yang digunakan adalah transformasi indeks vegetasi dengan formula NDVI untuk mendapatkan informasi sebaran RTH di Jakarta Timur. Hasilnya diolah dengan SIG dengan melakukan overlay dengan data kelas jalan agar diperoleh informasi mengenai koridor hijau dan konektivitas RTH. Hasil dari penelitian ini yaitu bahwa konektivitas RTH yang lebih tinggi pada sisi selatan dari Jakarta Timur. Sedangkan, konektivitas yang lebih rendah terlihat pada kecamatan- kecamatan yang berada di bagian utara, seperti Keramat jati, jatinerga, Matraman dan Duren Sawit. Penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan masukan untuk meningkatkan konektivitas infrastruktur hijau untuk mewujudkan kota ekologis yang lebih berkelanjutan.

Keywords: RTH, konektivitas, infrastruktur hijau, jaringan, jalur hijau

Share Link | Plain Format | Corresponding Author (Dayu Ariesta Kirana Sari)


97 PENGELOLAAN LINGKUNGAN BERKETAHANAN ABS-72

Dampak Penguasaan Ruang Terhadap Lingkungan Di Kawasan Wisata Pantai Malang Selatan
Arief Setijawan 1,*, Ida Soewarni 2, Makhfira Islamiah P.I. 3

PWK Intitut Teknologi Nasional Malang


Abstract

Penguasaan ruang berkaitan dengan proses di mana individu atau kelompok mendapatkan kekuasaan, kepemilikan, atau dominasi atas suatu ruang tertentu. Proses ini mencakup aktivitas dan mekanisme yang terlibat dalam memperoleh hak kepemilikan atau pengendalian atas ruang tersebut. Wisata pantai masih menjadi primadona bagi wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten Malang. Faktor yang mempengaruhi jumlah kunjungan wisatawan yang terus meningkat di kawasan wisata pantai Malang Selatan akibat adanya pembangunan Jalur Lintas selatan (JLS) sepanjang 634,11 km di Jawa Timur bagian selatan. Sebagian besar destinasi wisata pantai Malang Selatan berada pada kawasan Hutan Lindung dalam pengawasan Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Malang di bawah manajemen Divisi Regional Jawa Timur. Perhutani dalam pengelolaan wisata pantai di Malang Selatan melibatkan berbagai pihak. Pengelolaan kawasan destinasi wisata pantai di Malang Selatan tidak terlepas dari status fungsi dan penggunaan ruang di kawasan tersebut yang berpengaruh dengan penguasaan ruang wisata pantai. Penelitian ini bertujuan untuk memahami dampak dari penguasaan ruang di kawasan wisata pantai terhadap lingkungan alaminya. Fokus penelitian ini yaitu pada penguasaan ruang yang terjadi akibat aktivitas manusia di kawasan wisata pantai. Penelitian terkait dampak penguasaan ruang terhadap lingkungan di kawasan wisata pantai malang selatan terdiri dari 4 lokasi studi yaitu Pantai Balekambang, Pantai Bajulmati, Pantai Teluk Asmara, dan Pantai Sendangbiru. Metode pengumpulan data menggunakan teknik survey primer dan survey sekunder. Metode analisis yang digunakan yaitu analisis deskriptif dan analisis deret waktu. Hasil analisis diketahui bahwa terdapat fenomena penguasaan ruang yang menyebabkan perubahan dalam penggunaan lahan di kawasan wisata pantai yang terjadi dalam kurun waktu tertentu. Fenomena penguasaan ini dapat menyebabkan terjadinya perubahan ruang baik fisik maupun fungsi komponen wisata yang memengaruhi tata ruang kawasan wisata pantai. Dengan diketahuuinya fenomena penguasan ruang setiap pantai dapat di bandingkan untuk mengetahui pengelolaan kawasan wisata pantai yang lebih efektif untuk menjaga kelestarian dan keberlanjutan lingkungan.

Keywords: lingkungan, penguasaan ruang, wisata pantai

Share Link | Plain Format | Corresponding Author (Arief Setijawan)


98 PENGELOLAAN LINGKUNGAN BERKETAHANAN ABS-80

Kajian Bahaya Banjir di Pesisir Utara Pulau Jawa: Perspektif Keruangan dalam Berbagai Skala Kota
Retno Sari Dewi, Wiwandari Handayani, Iwan Rudiarto

Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro


Abstract

Perkembangan wilayah perkotaan yang semakin meluas di wilayah pesisir, menimbulkan kecenderungan pembangunan masif dan perubahan guna lahan, dari lahan yang tidak terbangun menjadi lahan terbangun. Dominasi lahan terbangun akan meningkatkan goncangan (shock) dan tekanan (pressure) terhadap lingkungan, serta berkontribusi memperparah bahaya iklim. Di Indonesia, urbanisasi meningkat pesat sejak tahun 1970an dengan program pembangunan secara nasional yang lebih terstruktur. Namun demikian, urbanisasi di Indonesia tidak terjadi secara merata. Sejak masa kolonial, pembangunan sudah difokuskan pada Pulau Jawa sehingga proses urbanisasi relatif lebih masif terjadi di pulau tersebut. Pada tahun 2020, lebih dari 56 persen atau sekitar 149 juta penduduk Indonesia tinggal di Pulau Jawa. Pesisir utara Pulau Jawa memiliki nilai lebih dalam pembangunan aktivitas ekonomi karena memiliki morfologi relatif datar dan ketersediaan sumberdaya air yang melimpah. Pengembangan infrastruktur perkotaan dipusatkan di wilayah tersebut dan merangsang pertumbuhan penduduk yang semakin tidak terkontrol. Hal tersebut kemudian memicu terjadinya degradasi lingkungan dan memperparah bahaya iklim, terutama banjir yang disebabkan oleh curah hujan yang ekstrim, kenaikan permukaan air laut, serta diperparah dengan penurunan muka tanah. Pada tahun 2020, banjir merupakan bencana yang memiliki jumlah kejadian terbanyak di Indonesia dan Pulau Jawa. Karakteristik dari masing-masing wilayah perkotaan dapat mempengaruhi tingkat keparahan bahaya banjir yang terjadi di wilayahnya. Karakteristik tersebut dilihat pada semua skala kota, yaitu megapolitan, metropolitan, dan kota besar. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji karakteristik kota-kota di pesisir utara Pulau Jawa dalam konteks bahaya banjir. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif, dengan menggabungkan dua metode analisis: analisis keruangan (spatial analysis) dan statistik deskriptif. Berdasarkan hasil analisis, Kota Tegal dan Kota Pekalongan adalah kota besar yang memiliki proporsi luas bahaya banjir terbesar. Sementara itu, kota dengan proporsi luas bahaya banjir terkecil diduduki oleh Kota Semarang yang masuk dalam kategori kota metropolitan. Karakteristik pada masing-masing kota yang memiliki perbedaan skala tersebut mempengaruhi tingkat keparahan banjir.

Keywords: Analisis Keruangan, Banjir, Kota, Pesisir, Jawa

Share Link | Plain Format | Corresponding Author (Retno Sari Dewi)


99 PENGELOLAAN LINGKUNGAN BERKETAHANAN ABS-99

Kajian Penerapan Prinsip ESG dalam Penyediaan Ruang Terbuka Hijau Berbasis Mitigasi Perubahan Iklim di Kota Semarang
Soedwiwahjono (a*), Sunarto (b), M. Th. Sri Budiastuti (c), Winny Astuti (d)

a) Program Doktor Ilmu Lingkungan Fakultas Pascasarjana Universitas Sebelas Maret.
*) soedwi[at]student.uns.ac.id
b) Universitas Sebelas Maret
c) Universitas Sebelas Maret
d) Universitas Sebelas Maret


Abstract

Environmental, Social, and Governance (ESG) sedang menjadi perbincangan di berbagai penjuru dunia dalam konteks pembangunan yang berkelanjutan. ESG adalah suatu standar dengan tiga konsep yang diintegrasikan dan kemudian diimplementasikan. Salah satu yang relevan dikaji dengan ESG di Indonesia adalah dalam kerangka penyediaan ruang terbuka hijau di kawasan perkotaan, dalam kasus ini, di Kota Semarang. Kota Semarang sedang mengalami perubahan kota yang cepat. Penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau sekarang diatur dengan Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional nomor 14 tahun 2022. Dalam pertimbangan di peraturan tersebut dinyatakan bahwa perlu upaya mitigasi perubahan iklim dan pencapaian misi nett zero emission, sehingga perlu diusahakan ruang terbuka hijau yang berkualitas. Tujuan penelitian ini mengkaji peluang peraturan yang mengupayakan pemenuhan ruang terbuka di Kota Semarang dengan konsep ESG. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah analisis konten. Data berasal dari sumber tertulis dan dilengkapi dengan pengamatan terhadap ruang terbuka hijau dan penggunaannya di Kota Semarang. Analisis dilakukan dengan mengkaji keterkaitan isi sumber-sumber tertulis dengan dengan penyediaan ruang terbuka hijau dari prinsip lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG). Analisis berfokus pada kepentingan mitigasi perubahan iklim. Secara lingkungan, banyaknya ruang terbuka berpotensi menjadi perantara adaptasi perubahan iklim. Namun, kesadaran masyarakat dan swasta tentang adanya peran ruang terbuka hijau sebagai adaptasi perubahan iklim masih perlu ditingkatkan. Beberapa peraturan dan kebijakan memiliki keterkaitan dengan upaya penyediaan ruang terbuka hijau perlu disempurnakan untuk mendorong penyediaan ruang terbuka hijau dengan prinsip ESG. Harapan dari adanya hasil penelitian ini adalah diketahui potensi Environmental, Social, and Governance (ESG) agar menjadi bagian integral di dalam penyediaan ruang terbuka hijau di Kota Semarang. Dengan demikian, ruang terbuka hijau yang berkualitas dalam upaya mitigasi perubahan iklim bisa terwujud, kesadaran masyarakat dan swasta dalam ikut serta menyediakan ruang terbuka hijau bisa lebih didorong, serta dilengkapi dengan instrumen peraturan.

Keywords: RTH, Perubahan Iklim, ESG

Share Link | Plain Format | Corresponding Author (Soedwiwahjono Soedwiwahjono)


100 PENGELOLAAN LINGKUNGAN BERKETAHANAN ABS-101

Analisis Kualitas Kesehatan Pada Lokasi Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh, Studi Kasus: Kelurahan Manggar Baru, Kecamatan Balikpapan Timur, Kota Balikpapan
Desy Wulansari, Asri Prasaningtyas

Institut Teknologi Kalimantan


Abstract

Tingkat minimum kebersihan yang diperlukan untuk menjaga rumah tetap bersih dan aman disebut sanitasi dasar termasuk penyediaan air bersih, pengelolaan limbah dan pengolahan limbah. Kelurahan Manggar Baru Kecamatan Balikpapan Timur tepatnya RT.02, 03, 04, 13, 32 dan 46, mengenai permasalahan terkait minimnya infrastruktur di kawasan pemukiman, sehingga mempengaruhi kualitas kesehatan masyarakat di kawasan tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak sistem sanitasi dasar terhadap kualitas kesehatan masyarakat di Manggar Baru RT.02, 03, 04, 13, 32 dan 46 terkait diare dan penyakit kulit. Tahap analisis karakteristik dasar sanitasi, karakteristik kesehatan masyarakat dan pengelolaan sistem sanitasi yang baik untuk mencapai kualitas kesehatan yang optimal. Metode penelitian yang digunakan adalah analisis deskriptif komparatif, deskriptif kualitatif dan analisis triangulasi. Kemudian output yang dihasilkan adalah pelaksanaan program pembangunan drainase secara rutin dan rutin setiap tahunnya untuk meningkatkan distribusi air limbah di RT 02, 03, 04, 13, 32 dan 46.

Keywords: Kesehatan Lingkungan, Sanitasi Dasar, Penyakit Diare, Penyakit Kulit

Share Link | Plain Format | Corresponding Author (Desy Wulansari)


101 PENGELOLAAN LINGKUNGAN BERKETAHANAN ABS-106

Lingkup, Komponen, dan Kedudukan Identitas Desa
Ratna Eka Suminar, Sudaryono Sastrosasmito, Doddy Aditya Iskandar

Departemen Teknik Arsitektur dan Perencanaan, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada


Abstract

Tulisan ini mencoba mengidentifikasi lingkup, komponen ruang dan non-keruangan, serta kedudukan pembahasan mengenai identitas desa dari berbagai kajian yang sudah dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya. Ada 40 artikel jurnal yang ditinjau oleh penulis, terdiri dari 13 artikel dari berbagai jurnal di Indonesia serta 27 artikel yang diterbitkan oleh portal ^Journal of Rural Studies^ dari berbagai negara. Penulis juga melakukan analisis dengan memanfaatkan software Vos Viewer untuk melihat kedudukan dari kata-kata kunci yang muncul pada judul dan abstrak seluruh artikel yang ditinjau. Hasil peninjauan terhadap lingkup pembahasan, diperoleh sembilan lingkup area yang dikaitkan dan dibahas dengan topik identitas desa, yaitu lingkup: (1) perencanaan-pembangunan- (2) kesenian-kebudayaan- (3) pariwisata- (4) industri- (5) migrasi- (6) pertanian- (7) digitalisasi- (8) konservasi- dan (9) perbandingan dengan perkotaan. Selain itu juga didapatkan berbagai komponen keruangan dan non-keruangan yang dapat digunakan untuk melihat transformasi identitas desa yang marak terjadi saat ini. Penulis juga mengidentifikasi bahwa identitas desa tidak lepas dengan identitas sosial dan identitas budaya yang sangat kental tumbuh di pedesaan. Perkembangan kedudukan kajian tentang identitas desa selama 10 tahun terakhir menunjukkan terjadi pergeseran aspek pembahasan yang saat ini cenderung mengarah ke kata kunci ^growth^, ^transformation^, dan ^environment^.

Keywords: identitas desa, lingkup, komponen, kedudukan, tinjauan literatur

Share Link | Plain Format | Corresponding Author (Ratna Eka Suminar)


102 PENGELOLAAN LINGKUNGAN BERKETAHANAN ABS-116

Kajian Kesiapan Instrumen Pengendalian Pembangunan Ibu Kota Nusantara
Muhammad Diva Assydik (1*), Denny Zulkaidi (2), Andi Oetomo (3), Woerjantari Kartidjo Soedarsono (4), Ade Tinamei (5) , Tri Rahayu Wulansari (3), Naimah Putri Kamila (2)

(1) Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Sekolah Arsitektur, Perencanaan, dan Pengembangan Kebijakan, Institut Teknologi Bandung, Indonesia.
*15420099[at]mahasiswa.itb.ac.id
(2) Kelompok Keahlian Perencanaan dan Perancangan Kota, Sekolah Arsitektur, Perencanaan, dan Pengembangan Kebijakan, Institut Teknologi Bandung, Indonesia
(3) Kelompok Keahlian Pengelolaan Pembangunan dan Pengembangan Kebijakan, Sekolah Arsitektur, Perencanaan, dan Pengembangan Kebijakan, Institut Teknologi Bandung.
(4) Kelompok Keahlian Perancangan Arsitektur, Sekolah Arsitektur, Perencanaan, dan Pengembangan Kebijakan, Institut Teknologi Bandung.
(5) Research and Development, Pusat Studi Urban Desain.


Abstract

Pengendalian pembangunan merupakan serangkaian tindakan atau langkah-langkah yang diambil oleh pemerintah atau otoritas terkait untuk mengatur dan mengarahkan proses pembangunan suatu wilayah atau negara secara terencana dan berkelanjutan. Merujuk pada Peraturan Presiden (PERPRES) Nomor 63 Tahun 2022 tentang Perincian Rencana Induk Ibu Kota Nusantara, dibutuhkan instrumen pengendalian pembangunan yang sesuai agar dapat menjadi alat kontrol pembangunan guna mewujudkan rencana induk Ibu Kota Nusantara (IKN). Berdasarkan hasil temuan menunjukkan bahwa untuk mewujudkan rencana induk pembangunan IKN, dibutuhkan peninjauan kembali terkait relevansi, keterpaduan, dan kelengkapan instrumen pengendalian pembangunan IKN dengan arahan rencana induk IKN. Pada studi ini metode pengambilan data adalah dengan melakukan desk study mengenai kesiapan instrumen pengendalian pembangunan yang ada di wilayah IKN. Metode Analisis yang akan digunakan adalah studi komparasi antara instrumen pengendalian pembangunan di IKN dengan instrumen pengendalian pembangunan yang ideal dan relevan dengan rencana induk IKN. Tujuan dari studi ini adalah untuk mengetahui kesiapan instrumen pengendalian pembangunan yang ada sebagai alat kontrol pembangunan dalam mewujudkan rencana induk IKN. Dalam penelitian ini, keluaran yang akan dihasilkan diantaranya laporan penelitian dan paparan hasil penelitian mengenai kajian kesiapan instrumen pengendalian pembangunan IKN. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa secara keseluruhan instrumen pengendalian pembangunan IKN belum lengkap khususnya terkait rencana tata ruang wilayah IKN dan peraturan zonasi yang ada di dalam rencana induk IKN memuat komponen baru yang belum ada standarnya di Indonesia.

Keywords: Nusantara, pengendalian, pembangunan, perencanaan, rencana induk

Share Link | Plain Format | Corresponding Author (Muhammad Diva Assydik)


103 PENGELOLAAN LINGKUNGAN BERKETAHANAN ABS-121

Identifikasi Potensi dan Masalah Objek Wisata Aua Sarumpun
Fitria Rossalina, Rini Asmariati, Harne Julianti Tou

UNIVERSITAS BUNGHATTA


Abstract

Puncak Aua Sarumpun merupakan salah satu destinasi wisata alam yang terletak di Kecamatan Rambatan, Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatera Barat dengan memiliki luas 129,15 Km2. Puncak Aua Sarumpun memiliki pesona alam yang indah, memanjakan mata dan sangat menarik untuk dikunjungi. Dengan potensi keindahan alamnya yang mempesona, Puncak Aua Sarumpun juga memiliki banyak daya tarik wisata alam seperti pemandangan Danau Singkarak dan deretan gunung yang dapat dilihat dengan 360o, wisatawan dapat melihat deretan Gunung Talang, Gunung Sago, Gunung Singgalang dan Gunung Merapi dan Padang rumput ilalang yang luas, pohon rimbun yang sejuk dengan topografi bukit yang berliku, manajemen pengelolaaan Objek Wisata Aua Sarumpun yang dikelola oleh pokdarwis. Dibalik keindahan alam Aua Sarumpun terdapat beberapa permasalahan seperti akses jalan menuju kawasan Aua Sarumpun yang terjal dengan perkerasan tanah, parkir yang tidak tertata, keterbatasan air bersih, sampah berserakan dan tempat sampah yang berjumlah 2 unit dan hanya terdapat 5 atraksi yang ada di Objek Wisata Aua Sarumpun seperti outbond,camping, berfoto, melihat memandangan tanpa adanya sarana penunjang yang lengkap. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengelompokkan potensi dan masalah yang ada sehingga pengembangan Objek Wisata Aua Sarumpun berdasarkan potensi yang ada dan dapat menyelesaikan permasalahan saat ini. Pendekatan studi ini dilakukan menggunakan metode kualitatif deskriptif. Metode penelitian kualitatif adalah metode untuk menyelidiki objek yang tidak dapat diukur dengan angka-angka ataupun ukuran lain yang bersifat eksak. Dalam analisis ini nantinya dibantu dengan membuat pohon dan akar permasalahan, sehingga mucul inti potensi dan masalah yang ada di Objek Wisata Aua Sarumpun. Kemudian untuk mendapatkan data di lapangan dengan cara mengklasifikasikan data dan informasi yang di peroleh dari berbagai teknik dan survey dalam bentuk observasi langsung ke Kawasan Objek Wisata Aua Sarumpun dengan tujuan analisisnya lebih akurat. Diharapkan nantinya Objek Wisata Aua Sarumpun menjadi salah satu destinasi wisata alam utama di Kabupaten Tanah Datar.

Keywords: Aur Sarumpun, potensi dan masalah, pohon permasalahan.

Share Link | Plain Format | Corresponding Author (Fitria Rossalina)


104 PENGELOLAAN LINGKUNGAN BERKETAHANAN ABS-122

Analisis Indeks Kenyamanan Termal Kota Kendari
Hasbullah Syaf (a*)- Sri Rahayu (b), La Ode Golok Jaya (c), La Ode Safuan (d), Dewi Nurhayati Yusuf (a), dan Ishak Kadir (d)

a) Program Studi Ilmu Tanah, Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo
*hassyaf[at]yahoo.co.id
b) Program Studi Perencanaan dan Pengembangan Wilayah Pascasarjana Universitas Halu Oleo.
c) Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Halu Oleo.
d) Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo.
e) Program Studi Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Halu Oleo.


Abstract

Pengembangan infrastruktur dan sarana prasarana pembangunan di Kota Kendari sangat pesat dalam tiga tahun terakhir berakibat terjadinya perubahan penggunaan lahan dari kawasan vegetasi menjadi lahan terbangun. Akibat lanjutannya menyebabkan peningkatan suhu udara sehingga mempengaruhi kenyamanan termal. Tujuan penelitian ini Kenyamanan termal dapat dianalisis dengan parameter suhu udara dan kelembaban udara relatif. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis indeks kenyamanan termal di Kota Kendari. Metode yang digunakan untuk menganalisis indeks kenyamanan termal yaitu metode penginderaan jauh dengan algoritma THI (Temperature Humidity Index) dengan variabel suhu permukaan tanah, indeks kerapatan vegetasi, suhu udara dan kelembabab udara relatif. Kenyamanan termal diperoleh dari hasil analisis Temperature Humidity Index (THI) dengan parameter suhu dan kelembaban udara relatif. Berdasarkan hasil analisis Temperature Humidity Index (THI) menunjukkan bahwa 284,75 Ha dari luas wilayah Kota kendari termasuk dalam kategori nyaman, 22.979,05 Ha masuk dalam kategori sedang, sedangkan 3.718,22 Ha lainnya masuk dalam kategori tidak nyaman, dengan demikian Kota Kendari masih didominasi oleh indeks kenyamanan termal dengan kategori sedang. Kenyamanan termal di Kota Kendari masuk dalam kategori nyaman, 85,16% masuk dalam kategori sedang, dan 13,78% masuk dalam kategori tidak nyaman. Kenyamanan termal dengan kategori nyaman dominan berada di Kecamatan Baruga yaitu seluas 4,14% dari luas wilayahnya, sedangkan wilayah dengan kategori nyaman dengan luas terkecil berada di Kecamatan Abeli yaitu 0,23% dari luas wilayahnya.

Keywords: Indeks Kenyamanan Termal- Kelembaban Udara Relatif- Suhu Udara

Share Link | Plain Format | Corresponding Author (Hasbullah Syaf)


105 PENGELOLAAN LINGKUNGAN BERKETAHANAN ABS-127

POLA SPASIAL INTENSITAS KEJADIAN KEBAKARAN DI KOTA SAMARINDA DENGAN HOT SPOT ANALYSIS
Achmad Ghozali (a*), Rezky Nur Astriyani (a), Umar Mustofa (a)

(a) Prodi Perencanaan Wilayah dan Kota, Institut Teknologi Kalimantan
Jalan Soekarno Hatta Km. 15 Karang Joang, Balikpapan, Indonesia.
*ghozali[at]lecturer.itk.ac.id


Abstract

Kota Samarinda memiliki kejadian kebakaran yang semakin meningkat pada tahun 2015-2019, yang diikuti oleh dampak kerugian materi juga semakin signifikan bertambah. Selama ini pemahaman bencana kebakaran hanya sebatas pada identifikasi kerentanan bencana. Pemahaman terhadap distribusi lokasi kejadian secara spasial belum pernah dilakukan sebagai bagian dari penanganan bencana. Pemahaman histori kejadian kebakaran dapat meningkatkan efektivitas penanganan bencana terutama pada penyediaan fasilitas yang memadai. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pola spasial intensitas kejadian kebakaran di Kota Samarinda pada periode 2015-2019. Teknik analisis Getis Ord Gi* berdasarkan autokorelasi spasial data kejadian kebakaran per kelurahan di Kota Samarinda digunakan untuk mengungkapkan wilayah hot spot dan cold spot. Hasil analisis menunjukkan bahwa pengelompokan wilayah hot spot kejadian kebakaran teridentifikasi tersebar di Kelurahan Pulau Atas, Simpang Pasir, Lok Bahu, dan Bukit Pinang yang tidak terlayani fasilitas pemadam kebakaran yang cukup. Selain itu, wilayah cold spot justru terbentuk di wilayah pusat perekonomian Kota Samarinda yang juga dikenal memiliki kepadatan penduduk yang tinggi.

Keywords: Kebakaran, Kejadian, Hot Spot, Pola Spasial

Share Link | Plain Format | Corresponding Author (Achmad Ghozali)


106 PENGELOLAAN LINGKUNGAN BERKETAHANAN ABS-128

HUBUNGAN ANTARA POLA SPASIAL INTENSITAS BANJIR DENGAN KONDISI SALURAN DRAINASE DI KELURAHAN SEMPAJA TIMUR, KOTA SAMARINDA
Achmad Ghozali (a*), Ayu Fitriana Riski (a), Umar Mustofa (a)

(a) Prodi Perencanaan Wilayah dan Kota, Institut Teknologi Kalimantan
Jalan Soekarno Hatta Km. 15 Karang Joang, Balikpapan, Indonesia
*ghozali[at]lecturer.itk.ac.id


Abstract

Sejauh ini, kejadian banjir yang sering melanda Kota Samarinda belum diinvestigasi secara mendalam berdasarkan intensitas banjir yang terjadi terutama pada wilayah rawan banjir seperti Kelurahan Sempaja Timur. Jumlah kejadian bencana banjir yang terjadi pada wilayah Kelurahan Sempaja timur mengalami peningkatan. Penanganan banjir berbasis intensitas banjir dapat mendukung mitigasi banjir sesuai kondisi lokal. Selain itu, banyak hasil studi yang menyarankan peningkatan saluran untuk mengurangi bahaya banjir. Namun, studi terdahulu belum dapat mengkaitkan keduanya. Pada paper ini, analisis kluster k-means dan statistic Getis-Ord G* diaplikasikan untuk mengungkapkan pola pengelompokan wilayah berdasarkan intensitas banjir dan kondisi drainase permukiman di Kelurahan Sempaja Timur. Di sisi lain, analisis korelasi digunakan untuk mengidentifikasi hubungan keduanya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas wilayah Rukun Tetangga (RT) di Kelurahan Sempaja Timur memiliki intensitas banjir yang sedang hingga tinggi. Kelompok wilayah dengan intensitas banjir tinggi tersebar di bagian Utara dengan pusat titik panas berada di RT 36. Selain itu, penelitian ini juga mengkonfirmasi bahwa kondisi saluran drainase memiliki hubungan positif meskipun lemah yang signifikan dengan tingkat intensitas banjir. Dengan demikian, optimalisasi saluran drainase masih relevan diperhatikan dalam penanggulangan bencana banjir di Kelurahan Sempaja Timur

Keywords: drainase, hubungan, pola spasial, intensitas banjir

Share Link | Plain Format | Corresponding Author (Achmad Ghozali)


107 PENGELOLAAN LINGKUNGAN BERKETAHANAN ABS-136

Climate Resilience Policy: Examination of Barriers in Semarang City
Intan Hapsari Surya Putri (a*), Wiwandari Handayani (b), Rukuh Setiadi (b), Sudarno (c), Fajar Agung Mulia (d)

(a) Program Doktor Ilmu Arsitektur dan Perkotaan, Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro
*intan.hapsari18[at]pwk.undip.ac.id
(b) Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro
(c) Departemen Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro
(d) Program Magister Perencanaan Wilayah dan Kota, Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro


Abstract

Semarang City is particularly vulnerable to climate change impacts such as sea level rise, flooding, and erosion, which negatively affect the urban system and communities. There is an urgent need to enhance climate change adaptation efforts. Since 2009, Semarang City has been involved in local, national, and international networks to build resilience to climate change. Yet climate change adaptation knowledge barriers, whether the absence of the sense of crisis towards climate change issues or lack of access to existing climate change knowledge have been shown to pose a significant barrier to successful adaptation actions. This study aims to examine the barriers to implementing climate change adaptation strategies in Semarang City. This article used a qualitative approach through desk study literature, in-depth interviews, and focus group discussion (FGD) with related stakeholders to identify and explore challenges/barriers. The data required for this research were obtained from a series of focus group discussions (n=32) and in-depth interviews with key informants (n= 9). The challenges and barriers in implementing climate policies in Semarang City generally consist of four categories: Human Resources, Governance and Policy, Financial, Technology and Information. Lack of knowledge about climate change and adaptation from stakeholders and communities, and limited funding related to climate change adaptation were identified as the most critical challenges/barriers to climate change adaptation in Semarang City. We argue in this article that creating an enabling environment is needed to support the implementation of climate change adaptation activities and address the challenges/barriers in climate change adaptation implementation through the optimization of local stakeholder team such as the Semarang City Resilience Team. Local government and stakeholders have an essential role in minimizing climate change^s impact, including providing forum for coordination and communication between stakeholders regarding climate change issues in Semarang City and building networks and collaboration in implementing climate resilience programs or initiatives. Our findings imply that encouraging the implementation of climate resilience policy and stakeholder involvement in efforts to minimize the impact of climate change play an important role in supporting climate change adaptation, mitigating risks related to climate change, and increasing resilience. Given the complexity of the possible solutions, more practical guidance and recommendation for Semarang City is required. Furthermore, the experience of Semarang City can provide learning for other local governments in Indonesia.

Keywords: climate change adaptation, challenges and barriers, resilience, Semarang City

Share Link | Plain Format | Corresponding Author (Intan Hapsari Surya Putri)


108 PENGELOLAAN LINGKUNGAN BERKETAHANAN ABS-139

Identifikasi Prinsip Perancangan Pengembangan Kawasan Inti Pusat Pemerintahan dalam mewujudkan Optimalisasi Kualitas Iklim Mikro di Ibu Kota Negara Nusantara
Lanthika Atianta, Lyna Zahida Mumtaz, dan Elis Anggun Nastiti

Program Sarjana Perencanaan Wilayah dan Kota. Sekolah Arsitektur Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan. Institute Teknologi Bandung


Abstract

Keputusan perpindahan Ibu Kota NKRI yang berpindah dari Jakarta menuju Kabupaten Penajam Paser Utara tentu memiliki tantangan yang cukup besar. Lingkungan merupakan salah satu aspek yang menjadi perhatian khusus dalam proses pembangunan ini. Melalui konsep Forest City, Nusantara menjawab tantangan permasalahan penurunan kualitas lingkungan yang mungkin terjadi di Kabupaten Penajam Paser Utara dan sekitarnya. Konsep ini juga diusung mengingat Kalimantan menjadi paru-paru dunia. Dengan pertimbangan tersebut, secara khusus pada Kawasan Inti Pusat Pemerintahan (KIPP) Nusantara menerapkan konsep yang Ekologis untuk Mewujudkan Preservasi Lingkungan Alami. Optimalisasi kualitas iklim mikro menjadi salah satu prinsip perancangan yang dituliskan dalam konsep ini. Iklim mikro menjadi salah satu permasalahan yang terjadi di beberapa wilayah perkotaan padat yang ada di dunia, termasuk di Indonesia. Iklim mikro perlu diperhatikan mengingat sangat berpengaruh besar terhadap kemungkinan kondisi cuaca dan iklim yang terjadi pada area yang lebih luas. Dalam jangka panjang kualitas iklim mikro akan berdampak terhadap kelangsungan hidup masyarakat.
Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan prinsip perancangan Nusantara yang mampu mewujudkan iklim mikro yang optimal. Dalam penelitin ini iklim mikro yang optimal didefinisikan sebagai iklim mikro adalah merujuk pada standar kenyamanan thermal untuk ruang luar. Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis konten dengan studi literatur yang didapatkan dari penelitian, jurnal maupun preseden yang sudah dilakukan di beberapa negara lain. Dengan demikian penelitian ini diharapkan mampu melengkapi prinsip perancangan yang digunakan untuk mengembangkan IKN Nusantara dan mendukung dalam perwujudan kualitas iklim mikro yang optimal.

Keywords: Iklim Mikro, Ibu Kota Negara, Kenyamanan Thermal, Nusantara

Share Link | Plain Format | Corresponding Author (Lanthika Atianta)


109 PENGELOLAAN LINGKUNGAN BERKETAHANAN ABS-146

Pengendalian dan Pemanfaatan Kawasan Wisata Alam Lembah Anai, Sumatera Barat
a) Verona Yuliana Eropa, b) Era Triana*, c) Wenny Widya Wahyudi, d) Haryani

Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Bung Hatta
*eratriana[at]bunghatta.ac.id


Abstract

Kawasan Lembah Anai terletak di tepian jalan nasional yang menghubungkan Kota Padang dengan Kota Bukittinggi, Sumatera Barat. Terdapat wisata alam Air Terjun dan Jembatan Rel Kereta yang menjadi daya Tarik. Kemudian mulai bermunculan tempat wisata pemandian, ibadah, penginapan, dan sebagainya. Tempat wisata yang terus bertambah tampaknya mengancam jika tidak adanya tindakan pengendalian sehingga diperlukannya pengendalian pemanfaatan wisata Lembah Anai agar terhindar dari bencana. Dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif, dilakukan analisis potensi dan masalah, analisis kondisi eksisting, dan analisis daya tarik wisata. Kawasan ini memiliki potensi wisata alam dengan keindahan alam serta letak yang strategis. Kawasan wisata alam air terjun yang terletak di sekitar sempadan Sungai, serta fasilitas pendukung wisata yang berada di sempadan sungai, menimbulkan banyaknya bangunan yang berdiri dikawasan yang tidak untuk dibangun. Sehingga muncul perubahan pemanfaatan lahan sempadan Sungai menjadi lahan terbangun. Bangunan-bangunan yang berada di sepanjang sempadan Sungai dan berada di Kawasan rawan bencana dapat menimbulkan bencana alam dan kerusakan Kawasan wisata alam. Pengendalian pemanfaatan Kawasan wisata Lembah Anai agar terhindar dari bencana alam bisa dengan memberikan batasan pengembangan lahan dan mengembalikan fungsi wisata alam merupakan temuan yang diperoleh dari penelitian ini.

Keywords: Bencana Alam, Lembah Anai, Pengendalian, Wisata

Share Link | Plain Format | Corresponding Author (Verona Yuliana Eropa)


110 PENGELOLAAN LINGKUNGAN BERKETAHANAN ABS-150

Mapping of Flood-Prone Areas Based on Geographic Information Systems in Palopo City Disaster Mitigation Efforts
Wahyu Hidayat 1,*, Ridwan Sukimin 2, A. Dahri Adi Patra LS 3.

1.Perencanaan Wilayah dan Kota/Komputer, Teknik, Pertanian dan Kelautan/Universitas Muhammadiyah Palopo.
2.Ilmu Kelautan/Komputer, Teknik, Pertanian dan Kelautan /Universitas Muhammadiyah Palopo.
3.Akuntansi/Ekomi dan Bisnis/Universitas Muhammadiyah Palopo.
*wahyuhidayat[at]umpalopo.ac.id


Abstract

Research on flood-prone areas based on geographic information systems in disaster mitigation efforts is very important because of the proliferation of existing development in the suburbs irregularly, resulting in disaster-prone cities. The purpose of the study is to determine the extent of flood-prone areas through mapping flood vulnerability so as to optimize disaster mitigation measures. The location of the research study is Palopo City. The research methods used are scoring and Overlay methods for 6 parameters for 5 categories of flood vulnerability. The results of the analysis of flood-prone areas in Palopo City show a flood-prone map with an area that is included in the vulnerable category (16.725.33 ha), the safe enough category (7,864.23 ha), the moderately vulnerable category (2,158.49 ha), the safe category (924.03 ha) and the very vulnerable category (71.92 ha). The resulting map provides information about areas that are prone to flooding to the Palopo City government, especially the Palopo City Regional Disaster Management Agency

Keywords: Flood, Map, Palopo City, Vulnerabilit

Share Link | Plain Format | Corresponding Author (Wahyu Hidayat)


111 PENGEMBANGAN DAYA SAING EKONOMI DAN WILAYAH YANG BERKELANJUTAN ABS-13

Strategi Pengembangan Pariwisata Untuk Meningkatkan Daya Saing Wilayah (Studi Kasus Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten)
Lilis Sri Mulyawati, Novida Waskitaningsih, Julifa M. Latif, Japar Sidiq, Ardiatno Yanuadi

Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas Pakuan


Abstract

Pariwisata merupakan salah satu sektor yang memiliki daya saing wilayah yang tinggi karena potensi wisata yang dimiliki setiap daerah tidak sama. Pengembangan pariwisata di daerah sangat berdampak pada tumbuhnya perekonomian masyarakat, terutama pada destinasi-destinasi yang pengelolaannya dilakukan oleh masyarakat secara langsung maupun oleh swasta yang melibatkan masyarakat didalamnya. Daya tarik wisata pada setiap daerah memiliki ciri khas yang berbeda dan beragam sehingga menjadi modal utama untuk mengembangkannya. Potensi pariwisata yang besar perlu dikelola dengan baik agar menjadi kekuatan suatu wilayah dalam pembangunan sehingga menjadi leading sector dalam perekonomian wilayah. Dalam rangka menciptakan pariwisata sebagai leading sector dibutuhkan strategi pengembangan agar mampu bersaing dengan wilayah lain yang telah berkembang dan maju sektor pariwisatanya. Dengan menggunakan metode AWOT (AHP dan SWOT) akan diperoleh strategi pengembangan pariwisata melalui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dimiliki oleh suatu daerah sehingga menjadi daya saing wilayah dalam implementasi pembangunannya.

Keywords: daya saing, pariwisata, potensi, wilayah

Share Link | Plain Format | Corresponding Author (Lilis Sri Mulyawati)


112 PENGEMBANGAN DAYA SAING EKONOMI DAN WILAYAH YANG BERKELANJUTAN ABS-25

Pengembangan Desa Wisata Dalam Perspektif Peningkatan Pendapatan Desa
Adelia Damayanti 1,*, Deden Syarifuddin 2, Apriadi Budi Raharja 3

1Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Pasundan
2Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Pasundan
3Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Pasundan


Abstract

Lingkungan pedesaan memiliki potensi alam dan kehidupan sosial budaya yang sangat besar. Namun pada tren saat ini dominasi masyarakat lebih cenderung berkehidupan di perkotaan. Salah satu potensi pedesaan yang dapat dikemas menjadi produk ekonomi yang dapat meningkatkan daya saing dan peluang menciptakan kehidupan masyarakat yang lebih baik yaitu pada sektor pariwisata. Inovasi dalam pengembangan desa wisata dapat diimplementasikan melalui wisata edukasi dengan memanfaatkan wawasan kearifan lokal masyarakat desa maupun industri kreatif yang ada pada suatu desa wisata. Kabupaten Bandung memiliki kebijakan dalam S.K Bupati tentang Penetapan Desa Wisata Wilayah, dan yang termasuk dalam desa wisata salah satunya yaitu Desa Lamajang. Penetapan Desa Lamajang sebagai desa wisata sebetulnya memiliki peluang untuk menggerakkan perekonomian masyarakat setempat, namun karena status Desa Lamajang masih termasuk dalam klasifikasi rintisan sehingga belum menjadi prioritas pemerintah. Maka diperlukan upaya inovatif untuk mengidentifikasi kebutuhan dalam pengembangan desa wisata. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menganalisis pengembangan unit usaha sektor pariwisata dalam meningkatkan pendapatan asli Desa Lamajang. Metodologi yang dilakukan adalah metode penelitian kualitatif dengan teknik pengumpulan data primer secara observasi dan wawancara. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif dimaksudkan menemukenali unit usaha sektor pariwisata eksisting serta mengidentifikasi unit usaha wisata identifikasi peluang pembobotan unit usaha dari narasumber terpilih dengan menggunakan Skala Likert. Hasil dari penelitian yaitu teridentifikasinya tingkat kepentingan pengembangan peluang usaha berdasarkan atraksi wisata desa dan peluang pengembangan usaha seperti paket wisata. Berdasarkan hasil wawancara dan pembobotan, maka peluang usaha berdasarkan atraksi wisata didominasi dalam kategori sangat tinggi dan sangat berdampak pada PADes.

Keywords: Desa Wisata, Ekonomi Pariwisata, Pendapatan Desa, Potensi Desa, Wisata Edukasi

Share Link | Plain Format | Corresponding Author (Adelia Damayanti)


113 PENGEMBANGAN DAYA SAING EKONOMI DAN WILAYAH YANG BERKELANJUTAN ABS-30

Strategi Pemberdayaan Masyarakat Desa Sebakung Jaya Melalui Pogram GERBANG INSAN MAPAN
Muhammad Bintang Wahyu Aji

Independent


Abstract

Pemberdayaan masyarakat merupakan studi pemberdayaan yang sangat penting untuk dikaji. Kegiatan Pemberdayaan perlu didukung oleh partisipasi dari masyarakat lokal dalam setiap elemen pembangunan. Pemberdayaan masyarakat membutuhkan nilai-nilai pembangunan berkelanjutan agar masyarakat lokal dapat mengelola sumber daya alam dengan cara yang ramah lingkungan secara mandiri dan swadaya. Penelitian ini akan mengkaji mengenai strategi pemberdayaan yang dilakukan oleh pihak ketiga yaitu PT. PERTAMINA HULU KALIMANTAN TIMUR dalam perspektif Pembangunan Berkelanjutan. Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus dengan tujuan untuk mengetahui secara mendalam dan komprehensif strategi pemberdayaan yang dilakukan oleh PT. PERTAMINA HULU KALIMANTAN TIMUR. Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer melalui wawancara kepada masyarakat dan pihak terkait lainnya serta data sekunder yang bersumber dari dokumen dan observasi lapangan. Penelitian ini menemukan bahwa strategi pemberdayaan yang dilakukan oleh PT. PERTAMINA HULU KALIMANTAN TIMUR meliputi strategi pemungkinan atau fasilitasi dengan lingkup kegiatan diskusi kelompok dan pembangunan fasilitas pemberdayaan untuk memunculkan motivasi masyarakat, strategi penguatan melalui kegiatan yang berfokus pada peningkatan kemampuan masyarakat seperti pelatihan pembuatan pelet, budidaya lalat hitam (maggot), dan penerapan minapadi, strategi perlindungan mengenai usaha-usaha pembentukan jaringan pembudidaya ikan, dan pengolah dan pemasar hasil ikan dan strategi-strategi pemasaran produk hasil olahan ikan dan pelet maggot serta strategi pendukungan dengan dilibatkannya masyarakat untuk turut serta dalam kegiatan teknis yang dilakukan dengan peningkatan kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh PT. PERTAMINA HULU KALIMANTAN TIMUR seperti audit keungan dan kemampuan bernegosiasi kepada masyarakat. Dampak yang dihasilkan dari pemberdayaan tersebut meliputi tiga aspek pembangunan berkelanjutan yaitu keberlanjutan ekologi ditandai dengan berkurangnya penggunaan pupuk kimia untuk kegiatan Bertani dan berbudidaya ikan, karena menerapkan sistem minapadi, selain itu juga budidaya lalat hitam (maggot) yang menggunakan sampah organi / limbah sisa sayuran masyarakat sebagai bahan pangan, keberlanjutan ekonomi yang tercipta dari tumbuhnya sektor ekonomi masyarakat selain bertani dan tumbuhnya inisiatif masyarakat untuk meningkatkan kualitas produk sebelum dijual yakni dalam bentuk hasil olahan, bukan dalam bentuk hasil langsung dari budidaya.

Keywords: Berkelanjutan, Budidaya, Minapadi, Pemberdayaan.

Share Link | Plain Format | Corresponding Author (Muhammad Bintang Wahyu Aji)


114 PENGEMBANGAN DAYA SAING EKONOMI DAN WILAYAH YANG BERKELANJUTAN ABS-31

Strategi Pengembangan Kawasan Industri Mandor, Kalimantan Barat
Tanty N J Sagala

Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang, dan Perumah Rakyat Kabupaten Landak, Kalimantan Barat


Abstract

Kawasan Industri Mandor (KIM) merupakan PSN Kawasan Industri di Kalimantan Barat, dan termasuk dalam Daftar 14 Pembangunan Kawasan Industri Prioritas di Luar Pulau Jawa dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020 - 2024. Dimana pembangunannya akan diinisiasi dengan kebijakan Hilirisasi Industri berbasis sumber daya alam. Pengembangan KIM mengalami keterlambatan yang harus segera diatasi agar dapat mengejar aktifitas oprasionalanya sampai priode akhir 2024 untuk menghindari PSN mangkrak. Sumber utama dari pertumbuhan industri adalah investasi baru dan peningkatan utilitas dari kapasitas saat ini, sehingga pelaku usaha melihat jelas ada potensi bisnis (profit) yang menarik dengan keputusannya berinvestasi, maka penulis melakukan penelitian berjudul Strategi Pengembangan Kawasan Industri Mandor (KIM), penelitian ini memiliki tujuan untuk menghasilkan skenario yang dapat dipertimbangkan oleh para pemangku kepentingan dalam perencanaan strategi pengembangan dengan meningkatkan daya saing Kawasan Industri di suatu wilayah.
Pendekatan penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, menggunakan wawancara mendalam dan observasi untuk mengumpulkan data. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis SWOT (IFAS/EFAS) kemudian dikembangkan dengan teknik analisis spasial dari konsep Aglomerasi Ekonomi yang selanjutnya menghasilkan value preposition dan menjadikannya dasar dari strategi pemasaran yang meliputi segmentasi pasar (segmenting), menetapkan target pasar (targeting), dan membuat posisi yang unik (positioning)
Dari Analisis SWOT, Kawasan Industri Mandor berada di kuadran 1 yaitu posisi agresif/growth, Selanjutnya dari analisis spasial dengan teori aglomerasi ekonomi Teridentifikasi bahwa lokasi KIM optimal untuk membentuk operasional Kawasan Industri, dengan mempertimbangkan- kedekatan terhadap pasar, aksesibilitas, ketersediaan infrastruktur, peraturan zonasi, target pelanggan (keberada PKS/ Kegiatan UMKM), dan Interaksi terhadap kluster bisnis lain. analisis spasial ini membentuk positioning KIM sebagai lokasi efisien dalam memaksimalkan potensi dalam menawarkan keunggulannya, hasil akhirnya adalah perumusan strategi pemasara/ konsep mengkomunikasikan Value Preposistion- Segmenting, tren pengembangan Kawasan Industri baru dan adanya pemetaan bahan baku yang dapat diolah sebagai produk di KIM, meskipun diibandingkan dengan kompetitor yang memang memiliki hal yang sama dengan KIM tetapi KIM dipandang sebagai kawasan baru yang menarik investor/inisiator dalam mempercepat oprasionalnya- Targeting, perusahaan yang ingin melakukan ekspansi bisnis pengolahaan dari PKS dan melihat tren kemudahan dalam distribusi barang (Pelabuhan Internasional Kijing) dan Positioning, jangkauan geografis dari kelompok ekonomi/kluster bisnis lain yang cukup berdekatan sebagai pemantik pengembangan KIM. skenario dari strategi pengembangan KIM diharapkan dapat mendukung keputusan bisnis strategis, seperti pemilihan lokasi, strategi memasuki pasar, optimalisasi rantai pasokan, dan peluang kolaborasi.

Keywords: Kawasan Industri, value preposition, strategi pengembangan, daya saing, pemasaran

Share Link | Plain Format | Corresponding Author (Tanty Nova Joice Sagala)


115 PENGEMBANGAN DAYA SAING EKONOMI DAN WILAYAH YANG BERKELANJUTAN ABS-40

Mengevaluasi Kondisi Eksisting Pantai Ambalat
Ribka Hotmarina Simanjuntak (a), Ajeng Nugrahaning Dewanti (b)

a) Perencanaan Wilayah dan Kota/Jurusan Teknik Sipil dan Perencanaan/Institut Teknologi Kalimantan
b) Perencanaan Wilayah dan Kota/Jurusan Teknik Sipil dan Perencanaan/Institut Teknologi Kalimantan


Abstract

Pariwisata merupakan suatu kegiatan wisata dengan berbagai fasilitas serta pelayanan yang telah disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah dan pemerintah daerah. Pariwisata ini merupakan salah satu sektor yang berpengaruh besar dalam perekonomian negara. Kutai Kartanegara memiliki 27 destinasi pariwisata dengan 6 destinasi pantai dan salah satunya adalah pantai Ambalat. Pantai Ambalat ini merupakan salah objek daya tarik wisata yang perlu dikembangkan karena kondisi eksistingnya yang kurang dikelola dengan baik. Pantai Ambalat ini memiliki permasalahan dalam segi sarana dan prasarana dan rendahnya tingkat pengunjung. Jumlah pengunjung pada Pantai Ambalat ini hanya 2.015 jiwa perbulannya, dan pertahunnya sekitar 24.180 jiwa. Pada Pantai Ambalat ini pengunjung merasa kurang puas terhadap fasilitas yang ada, karena pada pantai Ambalat ini hanya memiliki beberapa fasilitas pendukung yaitu jaringan listrik, peribadatan, rumah makan, toilet, gazebo, dan tempat pembuangan sampah. Untuk menuju objek wisata pantai Ambalat ini, aksesibiltas jaringan jalan kurang baik dimana kondisi jalan yang kurang baik dan kondisi jalan sangat berpasir sehingga membuat pengendara kurang nyaman. Untuk fasilitas wahana permainan perairannya juga untuk pada Pantai Ambalat ini masih kurang memadai. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi kondisi eksisiting dengan menggunakan analisis deskriptif. Analisis Deskriptif ini bertujuan untuk mendeskripsikan kondisi eksisting pada Pantai Ambalat dengan mengkaitkan kondisi eksisting dengan Peraturan Menteri Pariwisata Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2018 Tentang Petunjuk Operasional Pengelolaan Dana Alokasi Khusus Fisik Bidang Pariwisata dan Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif / Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2021 Tentang Pedoman Destinasi Pariwisata Berkelanjutan dan Best Practice. Berdasarkan hasil evaluasi kondisi eksisting pantai Ambalat ini bahwa masih ada beberapa fasilitas pariwisata yang tidak memenuhi standar yang ada yaitu petunjuk arah menuju lokasi wisata, kemudahan menuju objek wisata, penginapan, layanan perbankkan, sarana kesehatan, ketersediaan informasi mengenai objek wisata, upaya publikasi dan promosi, tempat pembuangan sampah, toilet, area lahan parkir, kebersihan objek wisata, drainase, dan toko souvernir.

Keywords: Pariwisata, Objek Daya Tarik, Kutai Kartanegara.

Share Link | Plain Format | Corresponding Author (Ribka Hotmarina Simanjuntak)


116 PENGEMBANGAN DAYA SAING EKONOMI DAN WILAYAH YANG BERKELANJUTAN ABS-49

Pengaruh Kelembagaan pada Produktivitas dan Kapasitas Klaster Usaha Mikro Kecil dan Menengah dalam Pengembangan Ekonomi Lokal
Holi Bina Wijaya, Zukruf Novandaya, Indra Hadi Wijaya

P5 Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota, Universitas Diponegoro


Abstract

Implementasi klaster UMKM memberikan pengaruh terhadap perkembangan usaha di provinsi Jawa Tengah. Pengembangan kelembagaan merupakan pendekatan untuk meningkatkan kerjasama, pertukaran dan optimalisasi sumber daya, serta peningkatan kapasitas yang menciptakan peningkatan produktivitas usaha. Penguatan kelembagaan juga berperan dalam efisiensi sumber daya dan optimalisasi produk dalam usaha. Produktivitas produksi UMKM dan kapasitas sumber daya manusia menjadi indikasi adanya efisiensi sumber daya dan optimalisasi produk. Penelitian ini dilakukan pada 20 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah dengan 3 tipologi yaitu klaster UMKM yang masih aktif, klaster dalam tahap pengembangan/sebagian aktif, dan klaster yang tidak aktif lagi. Analisis penelitian menggunakan metode penelitian campuran, dengan menganalisis peran kelembagaan dalam peningkatan produktivitas dan kapasitas SDM pelaku UMKM klaster. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan produktivitas dan kapasitas SDM pelaku klaster UMKM pada kelembagaan klaster yang lebih aktif. Ditemukan juga pengaruh kelembagaan klaster terutama pada faktor penyediaan akses pemasaran, pelatihan kapasitas, serta mendorong penggunaan teknologi dan digitalisasi. Klaster UMKM yang berkembang dapat mendorong pengembangan ekonomi lokal di daerah.

Keywords: Kelembagaan Klaster, Klaster UMKM, Produktivitas usaha, Pengembangan ekonomi lokal

Share Link | Plain Format | Corresponding Author (Holi Bina Wijaya)


117 PENGEMBANGAN DAYA SAING EKONOMI DAN WILAYAH YANG BERKELANJUTAN ABS-60

Analisis Keberlanjutan Kawasan Industri Pulogadung
Renisah Nur, Rifky Safwan Ramadhan, Sulestyaning Hastuti, Achmad Ghozali, S.T, M.T

Institut Teknologi Kalimantan
renisahnuricha[at]gmail.com


Abstract

Penerapan prinsip keberlanjutan pada kawasan industri menjadi kebutuhan mendesak sebagai upaya minimalisasi ancaman kelestarian lingkungan dan mencegah kerusakan lingkungan atas dampak yang terjadi akibat industrialisasi. Kawasan Industri Pulogadung merupakan kawasan industri yang terletak di Kelurahan Jatinegara, Kecamatan Cakung, Jakarta Timur. Terdapat tantangan bagi Kawasan Industri Pulogadung dalam penerapan prinsip berkelanjutan mulai dari pengelolaan limbah, penurunan kualitas udara dan permasalahan sekitar kawasan. Kondisi ini dikhawatirkan akan menghambat tujuan pembangunan berkelanjutan yang diupayakan oleh Kawasan Industri Pulogadung. Penelitian ini disusun untuk menganalisis kondisi keberlanjutan Kawasan Industri Pulogadung. Status keberlanjutan dianlisis menggunakan analisis Multidimensional Scalling (MDS) pada Aplikasi Rap-Industrial. Hasil dari penelitian ini adalah indeks keberlanjutan Kawasan Industri Pulogadung sebesar 52,90% atau berada pada kategori cukup berkelanjutan. Indeks keberlanjutan pada masing-masing dimensi adalah dimensi lingkungan 45,49 (kurang berkelanjutan), dimensi ekonomi 61,65 (cukup berkelanjutan), dimensi sosial 49,46 (kurang berkelanjutan), dimensi teknologi dan infrastruktur 57,90 (cukup berkelanjutan) dan dimensi manajemen dan regulasi 50,05 (cukup berkelanjutan). Adapun faktor pengungkit dalam peningkatan keberlanjutan Kawasan Industri Pulogadung terdiri atas 27 faktor pengungkit dari masing-masing dimensi.

Keywords: Keberlanjutan, Kawasan Industri, Strategi

Share Link | Plain Format | Corresponding Author (Renisah Nur)


118 PENGEMBANGAN DAYA SAING EKONOMI DAN WILAYAH YANG BERKELANJUTAN ABS-85

Perencanaan Kawasan Agrotourism Berbasis Geografic Information System (GIS) Dengan Pendekatan Soft System Methodology (SSM) di Desa Betteng, Kecamatan Pamboang, Kabupaten Majene, Sulawesi Barat
Virda Evi Yanti Deril, Windy Septi Sintia, Rafid Mahful

Universitas Sulawesi Barat


Abstract

Desa Betteng merupakan salah satu desa yang terdapat di Kabupaten Majene Sulawesi Barat. Desa Betteng memiliki sejumlah potensi sumber daya alam khususnya dibidang pertanian dan pariwisata. Potensi pertanian di Desa Betteng berupa gula aren, pohon kemiri, dan nanas. Sedangkan potensi pariwisata, berupa wisata pemandangan alam yang indah pada ketinggian puncak dan wisata historis dengan cerita sejarah kisah perjuangan pahlawan bangsa indonesia di Majene, yang menjadikan desa ini sebagai benteng pertahanan. Namun, potensi pertanian dan pariwisata di Desa Betteng belum dikelola secara maksimal untuk pengembangan ekonomi desa. Hal ini, disebabkan oleh beberapa permasalahan seperti: kurangnya aksesibilitas menuju lahan pertanian/perkebunan, kurangnya kualitas sumber daya masyarakat dalam mengelola sumber daya alam, fasilitas wisata yang belum memadai, kurangnya daya tarik wisata dan promosi wisata serta belum adanya pengelolaan pariwisata. Berdasarkan penjelasan diatas maka isu utama yang terdapat di Desa Betteng adalah kurangnya pengelolaan dan integrasi sektor pertanian dan pariwisata dalam meningkatkan perekonomian desa. Oleh karena itu, dalam rangka menyelesaikan isu utama yang terdapat di Desa Betteng maka penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi penerapan Konsep Perencanaan Kawasan Agrotourism berbasis Geografic Information System (GIS) dengan mnggunakan metode pendekatan analisis Soft System Methodology (SSM), yaitu metodologi yang sangat produktif untuk mempelajari setiap aktivitas manusia yang terorganisir di dalam mencapai tujuan-tujuan tertentu. SSM merupakan kerangka kerja (form network) pemecahan masalah yang dirancang secara khusus untuk situasi di mana hakikat masalah sulit untuk didefiisikan (Ricardo.P, Rafi.S, dan Rifni 2017). Dalam SSM terdapat 7 langkah pendekatan yang akan digunakan dalam menganalisis situasi permasalahan untuk mengambil tindakan yang tepat dalam memperbaiki permasalahan tersebut. Data dalam penelitian ini dikumpulkan melalui observasi lapangan, FGD (Focus Group Discussion), dan wawancara. Hasil analisis dari 7 tahapan SSM yang dimulai dari identifikasi masalah sampai implementasi tindakan untuk penyelesaian masalah dijabarkan sebagai berikut: Tahap 1) Hasil identifikasi masalah melalui FGD dan wawancara menunjukan Desa Betteng memiliki permasalahan dalam lingkungan yang berkaitan dengan persampahan dan aksesbilitas jalan, permasalahan industri yang berkaitan dengan industri pengelolaan dan pemasaran, dan permasalahan SDM yang berkaitan dengan pengetahuan masyarakat. Tahap 2) Hasil identifkasi pengambaran situasi masalah menunjukan kurangnya pengelolaan di sektor pertanian menyebabkan hasil pertanian tidak maksimal. Tahap 3) Hasil identifikasi root definitions dengan CATWOE analysis, menunjukan Costumer (siapa yang mendapatkan manfaat dari aktivitas bertujuan): semua masyarakat dan pemerintah Desa Betteng serta wisatawan, Actor (siapa yang melaksanakan aktivitas-aktivitas): pemerintah dan masyarakat Desa Betteng yang terlibat dalam pelaksanaan aktivitas implementasi konsep Agrotourism, Tranformation (apa yang harus berubah agar input menjadi output): perubahan kawasan pertanian menjadi kawasan agrowisata dengan peningkatan aksesibiltas dan sarana prasarana penunjang Agrotourism, World-View (pemahaman berbagai pihak tentang makna yang mendalam atas situasi permasalahan): implementasi perencanaan konsep Agrotourism diharapkan dapat menjadikan desa Betteng dan hasil produksi pertanian Desa Betteng dikenal oleh masyarakat luar, Owner (siapa yang dapat memiliki kontrol dalam perencanaan): pihak pemerintah Desa Betteng dan Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Barat, Environment Constraint (Hambatan dalam lingkungan yang tidak dapat dihindarkan): keterbatasan dana dalam perencanaan pengembangan kawasan Agrotourism. Tahap 4) Hasil identifikasi pendekatan pengembangan Agrotourism, menunjukan model konseptual yang akan diterapkan di Desa Betteng dalam mengimplementasikan konsep Agrotourism menggunakan dua pendekatan yaitu pendekatan konservasi atau pelestarian dan perlindungan. Tahap 5) Hasil identifikasi comparing models with real world situations, menunjukan terdapat kondisi real yang sudah sesuai dengan aktivitas yang seharusnya dan masih terdapat kondisi real yang belum sesuai dengan aktivitas yang seharusnya. Pada kondisi aktivitas yang belum sesuai, diberikan rekomendasi dan tergat yang agar sesuai dengan kondisi realnya. Tahap 6) Hasil identifikasi dampak dari penerapan menunjukan penerapan agrowisata dapat meningkatkan konservasi sumber daya alam, meningkatkan ilmu pengetahuan masyarakat terhadap pengelolaan pertanian, dan dapat meningkatkan perekonimian msyarakat. Tahap 7) Hasil identifikasi action to improve the situation, menunjukan tindakan untuk meningkatkan situasi di dunia nyata adalah penerapan konsep Agrotourism dengan pembuatan masterplan yang bertujuan untuk mengembangkan kawasan Agrotourism Desa Betteng secara teknokratik, bertahap dan berkelanjutan

Keywords: Perencanaa Desa, Konsep Agrotourism, Geografic Information System (GIS), dan Soft System Methodology (SSM).

Share Link | Plain Format | Corresponding Author (Virda Evi Yanti Deril)


119 PENGEMBANGAN DAYA SAING EKONOMI DAN WILAYAH YANG BERKELANJUTAN ABS-93

Aspek Supply dan Demand Terhadap Proses Pengembangan Kawasan Wisata Pantai Berkelanjutan di Malang Selatan
Ida Soewarni (a), Arief Setijawan (b), Aulia Rachma (c)

(a) Perencanaan Wilayah dan Kota, FTSP/ Institut Teknologi Nasional Malang.
(b) Perencanaan Wilayah dan Kota, FTSP/ Institut Teknologi Nasional Malang.
(c) Perencanaan Wilayah dan Kota, FTSP/ Institut Teknologi Nasional Malang.


Abstract

Dalam beberapa tahun terakhir, keberlanjutan telah muncul sebagai masalah penting yang harus ditangani dalam strategi pengembangan pariwisata yang layak. Pengembangan pariwisata harus memiliki pendekatan yang berkelanjutan, untuk dapat mendorong pertumbuhan dalam jangka panjang dengan tetap mempertahankan penggunaan sumber daya yang seimbang. Pariwisata berkelanjutan dalam UNWTO telah menetapkan beberapa kerangka kerja yang akan berdampak pada ekonomi, sosial dan lingkungan dalam kontribusinya terhadap SDG^s. Pariwisata berkontribusi secara langsung dan tidak langsung dalam agenda global dalam sasaran SDG^s 8 mengenai Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi, SDG^s 12 mengenai Konsumsi Produksi yang Bertanggung Jawab dan SDG^s 14 Ekosistem Kelautan. Dalam penelitian ini keterkaitan pariwisata berkelanjutan berada di dalam sasaran SDG^s 8.9 yaitu mewujudkan pariwisata berkelanjutan yang dapat menciptakan lapangan pekerjaan dan mempromosikan budaya serta produk lokal yang berkaitan langsung dengan aspek supply dan demand. Sektor pariwisata saat ini sangat gencar dikembangkan di Kabupaten Malang. Salah satu sektor yang sangat potensial dan serius dikembangkan yakni sektor wisata pantai di sepanjang pesisir pantai Malang Selatan, karena ditinjau dari objek dan daya tarik, wisata alam memiliki potensi yang sangat bagus untuk dikembangkan di Kabupaten Malang. Aspek supply dan demand memilik salah satu peran penting dalam pengembangan wisata berkelanjutan. Dengan memperhatikan penawaran pada objek wisata, maka dapat melihat potensi-potensi yang dapat menarik permintaan untuk berkunjung ke objek wisata. Banyaknya permintaan yang berkunjung dapat membantu pengembangan wisata dan menyebabkan peningkatan mutu dan kualitas objek wisata tersebut, serta dapat meningkatkan nilai keuntungan yang didapatkan untuk daerah. Pengembangan pariwisata berkelanjutan juga harus mempertahankan aspek kepuasan wisatawan dan memastikan dari pengalaman mereka yang baik dan bermanfaat, untuk itu dalam hal ini perspektif wisatawan digunakan untuk melihat tingkat kesesuaian dan tingkat kepentingan masing-masing aspek supply dan demand. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji aspek supply dan demand terhadap pengembangan berkelanjutan kawasan wisata pantai di Pantai Sendangbiru, Pantai Teluk Asmara, Pantai Bajulmati, dan Pantai Balekambang. Metode penelitian yang digunakan yaitu analisis deskriptif dan importance performance analysis. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari tingkat kesesuaian, aspek supply lebih diminati oleh wisatawan, hal ini ditandai dengan nilai tingkat kesesuaian di Pantai Sendangbiru, Pantai Teluk Asmara, Pantai Bajulmati, dan Pantai Balekambang >81% yang diartikan bahwa tingkat kesesuaian antara tingkat pendapat dan tingkat kepentingan sangat baik. Adapun nilai tingkat kesesuaian aspek supply tertinggi berada di Pantai Teluk Asmara sebesar 94% (sangat baik). Keluaran dari ini dapat dijadikan dasar dalam arahan pengembangan wisata berkelanjutan di Pantai Sendangbiru, Pantai Teluk Asmara, Pantai Bajulmati, dan Pantai Balekambang.

Keywords: pariwisata berkelanjutan- supply- demand- potensi pengembangan

Share Link | Plain Format | Corresponding Author (Ida Soewarni)


120 PENGEMBANGAN DAYA SAING EKONOMI DAN WILAYAH YANG BERKELANJUTAN ABS-95

Kesiapan Nagari Koto Malintang Pasca Ditetapkan sebagai Desa Wisata di Kabupaten Agam
Harne Julianti Tou 1,*, Annisa Yuliana1, Era Triana 1

Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Bung Hatta.


Abstract

Nagari Koto Malintang memiliki potensi - potensi daya tarik wisata, seperti keindahan alam berupa Danau Maninjau, Pohon terbesar di Dunia serta kesenian masyarakat yang khas. Sehingga Nagari Koto Malintang ditetapkan sebagai salah satu desa wisata di Kabupaten Agam Sejak desa wisata Koto Malintang ditetapkan sebagai desa wisata, jumlah wisatawan tidak bertambah, potensi alam dan budaya belum dikembangkan secara maksimal oleh pemerintah dan masyarakat setempat. Untuk itu penting dilakukan penelitian ini untuk memastikan kesiapan Nagari Koto Malintang setelah ditetapkan sebagai desa wisata oleh Pemerintah Kabupaten Agam. Rumusan masalah dalam penelitian ini menjelaskan bagaimana kesiapan Nagari Koto Malintang pasca keluarnya SK oleh Kabupaten Agam tentang penetapan desa wisata? Tujuan penelitian ini untuk memastikan kesiapan Nagari Koto Malintang pasca ditetapkan sebagai desa wisata. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif. Dengan variabel yang dinilai adalah sumber daya manusia dan pendanaan. Dari analisis yang sudah dilakukan desa wisata Koto Malintang ini belum siap dijadikan sebagai desa wisata karena belum memenuhi ktiteria desa wisata yaitu dari segi sumber daya manusianya dan pendanaan, oleh karena itu kedepannya diharapkan Nagari Koto Malintang ini bisa dikatakan siap sebagai desa wisata Koto Malintang sudah memiliki sumber daya manusia yang berpartisipasi secara aktif dan berperan terhadap desa wisata serta adanya alokasi dana khusus untuk mengembangkan desa wisata Koto Malintang.

Keywords: Desa Wisata, Kesiapan, Masyarakat Lokal, Pendanaan dan Sumber Daya Manusia

Share Link | Plain Format | Corresponding Author (Harne Julianti Tou)


Page 4 (data 91 to 120 of 129) | Displayed ini 30 data/page
<< PREV 1 2 3 4 5 NEXT >>

ASPI 2023 - Conference Management System

Powered By Konfrenzi Ultimate 1.832M-Build6 © 2007-2024 All Rights Reserved