ASPI 2023
Conference Management System
Main Site
Submission Guide
Register
Login
User List | Statistics
Abstract List | Statistics
Poster List
Paper List
Reviewer List
Presentation Video
Online Q&A Forum
Access Mode
Ifory System
:: Abstract List ::

Page 1 (data 1 to 30 of 129) | Displayed ini 30 data/page
1 2 3 4 5 NEXT >>

1 DESAIN DAN INOVASI KOTA CERDAS ABS-1

Peran Jalur Pejalan Kaki sebagai Activity Support dalam Menciptakan Struktur Kawasan Perkotaan
Nadia Almira Jordan1, Rulliannor Syah Putra2, Miswar Ariansyah3

1,2Program Studi Arsitektur/Jurusan Teknik Sipil dan Perencanaan/Institut Teknologi Kalimantan
3Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota/ Jurusan Teknik Sipil dan Perencanaan/Institut Teknologi Kalimantan


Abstract

Perkembangan kawasan pekotaan berkaitan erat dengan bagaimana keterhubungannya dengan kawasan lain membentuk jaringan struktur kota (urban fabric) secara keseluruhan. Hal tersebut menjadi perhatian dalam proyeksi pengembangan kota untuk menghindari terjadinya area perkotaan yang terpecah (fragmented city). Kawasan Kampung Baru Kota Balikpapan merupakan kawasan dengan kepadatan tinggi yang didominasi oleh permukiman, pusat pelayanan masyarakat dan pergadangan jasa lainnya. Terletak dekat dengan area pelabuhan perahu yang menghubungkan dengan daerah lain, kawasan ini menjadi salah satu area pintu masuk Kota Balikpapan, sehingga keterkaitannya dengan wilayah lain dapat pula berdampak pada kerangka pergerakan masyarakat, dan secara berkelanjutan membentuk struktur kota. Salah satu elemen fisik yang berperan dalam menjalin keterkaitan (linkage) spasial yang berkelanjutan adalah jalur pejalan kaki, yang juga memiliki fungsi sebagai ruang terbuka publik. Selain itu, ruang publik berperan menciptakan kawasan perkotaan yang inklusif bagi semua pengguna dan meningkatkan sense of belonging terhadap lokasi melalui pemaknaan dan aktivitas sosial di dalamnya. Secara umum, ketersediaan jalur pejalan kaki di Kampung Baru yang tidak merata mempengaruhi perilaku pejalan kaki dalam berpindah tempat pada kawasan dengan intensitas penggunaan tinggi. Selain itu, tidak konsistennya kelengkapan elemen perabot jalan pada jalur pejalan kaki juga mekejelasan perjalanan pejalan kaki. Hal tersebut memengaruhi minimnya pemanfaatan jalur pejalan kaki yang sebagian telah tersedia, sebagai ruang publik. Penelitian ini menggunkan analisis deskriptif kualitatif, didukung dengan teknik survei untuk mendapatkan kondisi faktual jalur pejalan kaki. Teknik kualitatif antara komparasi teori dan kondisi internal ditujukan untuk menghasilkan pengamatan spesifik yang dapat mengilustrasikan interaksi antara lingkungan binaan dan pengguna. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterhubungan jalur pejalan kaki berkontibusi dalam menciptakan kerangka pergerakan masyarakat secara spasial melalui kontinuitas jalur, sedangkan secara fisik, elemen perabot jalan di dalam jalur berpengaruh terhadap fungsi ruang publik untuk mendukung interaksi masyarakat. Keterhubungan tersebut memberikan dampak spasial terhadap kesatuan struktur kawasan dan hubungannya dengan kawasan lain.

Keywords: activity support, jalur pejalan kaki, mixed-use, struktur kawasan

Share Link | Plain Format | Corresponding Author (Nadia Almira Jordan)


2 DESAIN DAN INOVASI KOTA CERDAS ABS-2

REGULASI GARIS SEMPADAN BANGUNAN : UPAYA PENYEDIAAN RUANG TERBUKA PERKOTAAN BERKELANJUTAN
Rulliannor Syah Putra1*, Nadia Almira Jordan2, Septia Yuda Saifitulloh3

12 Program Studi Arsitektur/Jurusan Teknik Sipil dan Perencanaan/Institut Teknologi Kalimantan
3 Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota/Jurusan Teknik Sipil dan Perencanaan/Institut Teknologi Kalimantan


Abstract

Kota Balikpapan merupakan pintu gerbang dan beranda Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara yang terletak di Kabupaten Penajam Paser Utara, Provinsi Kalimantan Timur. Hal ini memberikan tantangan untuk Kota Balikpapan dalam mewujudkan kota yang layak huni (Livable City) bagi segala jenis pengguna. Secara geografis letak Kota Balikpapan terhadap IKN Nusantara sangat strategis, sehingga hal tersebut mempengaruhi perkembangan pembangunan kota yang bergerak dari pembangunan kawasan perumahan baru, perbaikan infrastruktur, dan utilitas pendukung. Namun, pengembangan kawasan perkotaan tersebut cenderung tidak diiringi dengan kepatuhan terhadap aturan tata ruang yang dituangkan dalam Perwali Kota Balikpapan No. 3 Tahun 2021 tentang Garis Sempadan Bangunan (GSB), bahwa terdapat indikasi bangunan-bangunan dibangun tidak sesuai atau melanggar aturan Garis Sempadan Bangunan, terutama pada area Pusat Kota. Jalan Jenderal Sudirman merupakan kawasan pusat kota Balikpapan yang tumbuh menjadi pusat komersial dan perkantoran, yang mendorong sektor ekonomi kota. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dan menganalisa ketidaksesuaian Garis Sempadan Bangunan pada Kawasan Jalan Jenderal Sudirman Pusat Kota Balikpapan. Garis Sempadan Bangunan ditentukan berdasarkan lokasi dan kriteria kelas jalan yang telah diatur pada kebijakan Kota Balikpapan. Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif, dengan metode pengumpulan data melalui hasil observasi serta dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kesesuaian penyediaan garis sempadan bangunan masih minim dengan penggunaan yang dimaksimalkan untuk area parkir. Ketidaksesuaian tersebut dalam konteks yang lebih luas secara tidak langsung dapat memengaruhi rasio ketersediaan infrastruktur ruang terbuka berkelanjutan yang utamanya disediakan untuk menyeimbangkan antara bangunan dan ruang tidak terbangun.

Keywords: Garis Sempadan Bangunan, Kawasan Pusat Kota, Kesesuaian, Kota Balikpapan, Ruang Terbuka Berkelanjutan

Share Link | Plain Format | Corresponding Author (Rulliannor Syah Putra)


3 DESAIN DAN INOVASI KOTA CERDAS ABS-3

Desain Kota Cerdas dalam Perencanaan Kota Baru Penajem sebagai Peri-Urban IKN
Umar Mansyur, Janthy Trilusianthy Hidayat, Muhamad Yogie Syahbandar

Program Studi Magister Perencanaan Wilayah dan Kota/Sekolah Pascasarjana/UNPAK


Abstract

Kota Cerdas (Smart City) merupakan idaman dan mimpi setiap kota, baik oleh kabupaten apalagi suatu kota karena merupakan suatu visi pengembangan perkotaan yang mengintergasikan teknologi informasi dan komunikasi dengan teknologi Internet of Things (IoT) memalui cara yang lebih aman dalam mengelola asset kota dan meningkatkan performance-nya serta mengurangi biaya dan pemakaian konsumsi dengan harapan keterlibatan lebih aktif dan efektif dari warga kota tersebut. Pengembangan IKN (Ibu Kota Nusantara) sebagai kota cerdas bukan hanya membangun fisik, tetapi juga bagaimana nantinya IKN mampu menggunakan SDM, modal sosial, dan infrastruktur telekomunikasi modern dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan dan kualitas kehidupan yang tinggi dengan manajemen sumber daya yang bijaksana dengan tata kelola pemerintahan yang berbasis partisipasi masyarakat dalam upaya memperbaiki pelayanan publik dan meningkatkan kesejahteraan warganya. Oleh karena itu, IKN sebagai superhub dengan total luas kawasan 256.142 ha untuk daratan yang di dalamnya terdiri dari 6 kluster ekonomi dan 2 kluster pendukung dimana 56.180 ha sebagai pusat IKN dan 199.962 ha untuk kawasan pengembangan. Kluster pendukung IKN mencakup Kluster Pendidikan Abad 21 dan Smart City dan Pusat Industri 4.0. Pemerintah pusat melalui Bank Tanah mengembangkan lahan berstatus HPL seluas 4162 ha sebagai sebuah kota baru yang terletak dekat Pusat KIPP (Kawasan Inti Pust Pemerintahan) IKN atau berjarak sekitar 43,5 km atau jarak tempuh 80 menit yang tentunya berpotensi untuk dikembangkan sebagai kota cerdas atas tuntutan Gerakan Menuju 100 Smart City. Oleh karena itu, maka tujuan paper ini adalah: merumuskan visioning dan konsep serta visi pengembangan kota cerdas- menganalis program ruang beserta rancangan ruang kota cerdas- dan merumuskan rencana konektivitas dan pergerakan kawasan kota cerdas. Sedangkan metode pendekatan dan metode penelitian yang digunakan adalah: perencanaan pembangunan kawasan perencanaan- konsep arahan pengembangan kawasan industri- dan perancangan tipikal wajah kota cerdas. Analisis yang digunakan adalah: makro wilayah (kependudukan, ekonomi dan sektor unggulan- transportasi dan pergerakan)- mikro Kawasan (kelerengan- penggunaan lahan)- dan transportasi dan pergerakan (wilayah dan Kawasan). Adapun hasil pembahasan paper ini adalah: visioning sebagai kota baru penajem berbasis ekonomi agro dan industri (smart living dan smart economy) yang harmonis dengan alam (smart environment)- program ruang berupa kota baru, kluster industri, perkebunan dan hunian reforma agraria, wisata alam dan RTH kota, dan kawasan perkantoran terpadu- dan jaringan konektivitas kota cerdas dengan perkotaan sekitarnya yaitu IKN, jalan tol dan rel Balikpapan-IKN serta jalan arteri jembatan Pulau Balang ke IKN bagian barat serta jalan kolektor kawasan dalam kota cerdas.

Keywords: agroindustrial eco-city- city appearance- ibu kota negara- kota cerdas- peri-urban

Share Link | Plain Format | Corresponding Author (Umar Mansyur)


4 DESAIN DAN INOVASI KOTA CERDAS ABS-18

ANALISIS PERMASALAHAN TRANSPORTASI UNTUK PENGEMBANGAN KONSEP SMART MOBILITY DI KOTA JAYAPURA ( Studi kasus : Daerah Kawasan Bisnis Terpadu Distrik Jayapura Utara
Monita Yessy Beatrick

Universitas Cenderawasih


Abstract

Transportasi di Kota Jayapura belum tertata secara baik dalam suatu sistem transportasi yang terintegrasi dengan guna lahan atau kawasan sekitarnya dan moda transportasi lainnya. Ketidakpuasan masyarakat Kota Jayapura terhadap transportasi umum yang ada menyebabkan peningkatan kepemilikan kendaraan bertambah sangat signifikan dala satu dekade terakhir ini. Hal ini berdampak pada peningkatan jumlah kendaraan yang tidak sebanding dengan infrastruktur jalan dan dapat menyebabkan kemacetan dibeberapa ruas jalan Kota Jayapura. Di Kota Jayapura sangat pesat perkembangan penduduk dan pemukiman baru sehingga dibutuhkan penataan transportasi yang baik dengan memperhatikan titik simpul yang ada dalam jaringan transportasi agar dapat mengedepankan konsep yang terintegrasi antara moda transportasi dan kawasan perumahan di sekitar titik transit dan juga dapat diterapkan konsep smart mobilty untuk menjawab permasalahan transportasi yang ada.
Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Mengidentifikasi kondisi eksisting permasalah transportasi transportasi di Kawasan Bisnis terpadu atau Central Business District (CBD) distrik Jayapura Utara 2) Untuk menganalisis permasalahan dengan menggunakan konsep Smart Mobility yang berpotensi untuk di implementasikan. Pendekatan penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitiatif. peneliti menggunakan metode survei dengan pendekatan kuantitatif lalu, melalui deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, dokumentasi, dan observasi untuk memperoleh fakta sebenarnya sesuai dilapangan. Hasil Penelitian ini adalah rekomendasi penerapan konsep Smart Mobility yang dapat di terapkan pada daerah CBD distrik Jayapura Utara

Keywords: Transportasi, Smart Mobility, CBD Distrik Jayapura Utara

Share Link | Plain Format | Corresponding Author (Monita Yessy Beatrick Wambrauw)


5 DESAIN DAN INOVASI KOTA CERDAS ABS-23

Desain Kota Cerdas untuk Mengatasi Tantangan Lingkungan di Makassar
Zulkifli Mappasomba 1,*, M. Nurhidayat 2, Didiet Haryadi Hakim 3

1,2, 3. Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Makassar.


Abstract

Makassar menghadapi berbagai tantangan lingkungan dengan laju pertumbuhan populasi yang cepat, urbanisasi yang tinggi dan aktivitas industri yang intensif telah mencapai tingkat yang mengkhawatirkan dan berdampak pada kesehatan dan kesejahteraan. Untuk mengatasi tantangan ini, konsep kota cerdas yang mengintegrasikan teknologi dan inovasi untuk meningkatkan efisiensi kualitas hidup dan keberlanjutan lingkungan telah muncul sebagai solusi karena menerapkan prinsip desain kota pintar dapat mempredikasi pengurangan polusi udara, pengelolaan limbah, dan konsumsi energi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis lingkungan yang dihadapi dan melaksanakan konsep dan prinsip kota cerdas serta mengusulkan desainnya. Kajian pustaka dan analisis data dilakukan untuk menganalisis tantangan lingkungan di Makassar, kemudian penelitian lapangan untuk memahami kebutuhan dan persepsi masyarakat yang selanjutnya didesain berdasarkan analisis data dan hasil penelitian lapangan. Evaluasi dan analisis dilakukan dengan menggunakan indikator seperti efisiensi energi, pengurangan emisi, peningkatan kualitas hidup, dan partisipasi masyarakat. Dalam penelitian ini diperoleh hasil yang menunjukkan tantangan lingkungan seperti polusi udara, pengelolaan limbah, dan ruang hijau yang terbatas karena pertumbuhan populasi dan urbanisasi. Oleh karena itu, desain kota pintar sebagai alternatif solusi untuk mengatasi prediksi laju peningkatkan kualitas udara, pengurangi emisi dan menciptakan lebih banyak ruang hijau. Menerapkan solusi berkelanjutan seperti panel surya, turbin angin, sistem pengelolaan limbah, dan perangkat IoT dapat meningkatkan implementasi desain kota cerdas dengan mengintegrasikan teknologi dan praktik keberlanjutan. Penggunaan teknologi canggih seperti sensor IoT, analitik data, dan sumber energi terbarukan dapat membantu mengurangai emisi karbon, peningkatan efisiensi sumber daya dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan untuk menciptakan lanskap perkotaan yang sadar lingkungan di mana alam tumbuh subur seiring kemajuan teknologi.

Keywords: Lingkungan, kota cerdas, teknologi, keberlanjutan

Share Link | Plain Format | Corresponding Author (Zulkifli Mappasomba)


6 DESAIN DAN INOVASI KOTA CERDAS ABS-27

Strategi Inovasi Smart City untuk Ibu Kota Negara yang Berkelanjutan (Studi Kasus Lima Kota di Dunia)
Raden Roro Intan Dwi Nuraini (a*)

Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada
Bulaksumur, Caturtunggal, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55281, Indonesia
*rr.intan.d[at]mail.ugm.ac.id


Abstract

Kota dan teknologi mengalami pertumbuhan setiap tahunnya. Seiring dengan pertumbuhan tersebut, kota juga memiliki tantangan seperti penurunan kualitas lingkungan, dinamika sosial, serta ketimpangan ekonomi. Oleh karena itu, Ibu Kota Negara memerlukan konsep inovasi smart city sebagai wujud pemberdayaan Ibu Kota Negara yang berkelanjutan. International Institute for Management Development (2023) menyatakan bahwa Kota Singapura, Canberra, Copenhagen, Helsinki, dan Oslo memiliki peringkat dan strategi inovasi smart city terbaik yang dapat dijadikan sebagai best practice. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kulitatif dan analisis isi dengan metode eksploratif. Metode ini dilakukan untuk memahami secara mendalam dan mendeskripsikan hubungan dari strategi inovasi smart city untuk Ibu Kota Negara yang berkelanjutan. Dalam hasil penelitian ini, strategi inovasi smart city dibagi menjadi tiga bagian meliputi smart environment, smart community, serta smart economy. Penerapan strategi inovasi smart city mempertimbangkan Rencana Induk Ibu Kota Nusantara.

Keywords: Ibu Kota Negara, Inovasi, Smart City, Sustainable

Share Link | Plain Format | Corresponding Author (Raden Roro Intan Dwi Nuraini)


7 DESAIN DAN INOVASI KOTA CERDAS ABS-69

Analisis Perubahan Perilaku Pada Ruang Publik di Kota Balikpapan Dalam Mewujudkan Kota Cerdas
Diszha Ratmananda, Mega Ulimaz

Perencanaan Wilayah dan Kota/ Jurusan Teknik Sipil dan Perencanaan/ Institut Teknologi Kalimantan


Abstract

Ruang merupakan komponen penting untuk mewadahi segala aktivitas sehari-hari sehingga berhubungan erat antara lingkungan dan perilaku manusia. Semakin berkembangnya suatu kota maka kebutuhan ruang publik akan semakin tinggi. Hal tersebut sejalan dengan berkembangnya ruang publik yang akan mempengaruhi perubahan perilaku yang dilakukan masyarakat disuatu tempat khususnya kota Balikpapan. Kota Balikpapan merupakan kota terpadat di Provinsi Kalimantan Timur. Hal ini menunjukkan bahwa kebutuhan ruang publik lebih besar dibandingkan kota lainnya. Kota Balikpapan memiliki ruang publik mulai dari ruang terbuka hijau publik hingga mall yang dimanfaatkan untuk beraktivitas sekaligus berinteraksi dengan masyarakat lainnya. Dahulu masyarakat kota Balikpapan cenderung mengunjungi ruang publik hanya sebagai tempat bersantai dan rekreasi pada ruang terbuka hijau publik. Akan tetapi seiring berjalannya waktu, terjadi perubahan perilaku masyarakat yang mulai terlihat searah dengan berkembangnya berbagai aktivitas dalam suatu ruang publik. Hal tersebut terlihat karena banyaknya pembangunan kota yang menciptakan berbagai ruang publik baru seperti mall, coffee shop, perkantoran hingga apartemen yang dibangun dengan menarik dengan mengikuti gaya dan model yang berkembang saat ini untuk menarik pengunjung. Hal tersebut mengakibatkan tata ruang kota menjadi tidak teratur karena masyarakat yang sibuk bekerja dapat mendapatkan seluruh aktivitas saat berada di dalam ruang publik secara bersamaan seperti bekerja, berbelanja, refreshing, dan rekreasi. Hal ini disebabkan karena pembangunan hanya bertujuan untuk menarik pengunjung ke dalam bangunan sehingga membuat pengunjung dapat beraktivitas bebas di dalamnya tanpa berpindah tempat. Semakin berkembangnya suatu ruang publik mengakibatkan terjadinya perubahan perilaku dalam ruang publik karena dipengaruhi daya tarik yang dimiliki. Oleh karena itu, peenlitian ini untuk mengetahui perubahan perilaku tertinggi yang terjadi pada ruang publik di Kota Balikpapan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner dan wawancara di ruang publik yang tersebar pada Kota Balikpapan. Analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif dengan mendeskripsikan perilaku terbuka dan tertutup yang terjadi di ruang publik dan akan membandingkan perilaku yang terjadi diruang publik dahulu dengan perilaku yang terjadi di ruang publik saat ini. Hasil penelitian ini akan menunjukkan perilaku dominan yang dilakukan masyarakat saat berada di ruang publik, dan perubahan perilaku tertinggi di setiap ruang publik. Hal ini dilihat berdasarkan berbagai aspek penelitian yaitu perilaku yang dilakukan pengunjung di ruang publik, perubahan perilaku terjadi, interaksi yang dilakukan pengunjung, waktu kunjungan dan keseringan pengunjung ke ruang publik. Perbedaan perubahan perilaku pada setiap ruang publik akan mempengaruhi daya tarik dari setiap ruang publik. Selain itu, penelitian ini dapat menjadi acuan untuk melihat kesiapan masyarakat dalam menghadapi perkembangan kota demi mewujudkan kota cerdas karena ruang publik dapat dikembangkan melalui berbagai inovasi perkembangan kota berkelanjutan dengan mempertimbangkan kebiasaan perilaku yang dilakukan masyarakat di ruang publik agar fasilitas yang diberikan dapat terus digunakan masyarakat.

Keywords: Pengunjung, Perilaku, Ruang Publik

Share Link | Plain Format | Corresponding Author (Diszha Ratmananda)


8 DESAIN DAN INOVASI KOTA CERDAS ABS-88

Perencanaan Kawasan Sunan Muria Smart Tourism (NARIMO) melalui Penerapan Smart EBD (Experience, Business, and Destination)
Sayla Khilma Syarofina (a*), Iwan Suharyanto (a)

a) Perencanaan Wilayah dan Kota, Departemen Teknik Arsitektur dan Perencanaan, Fakultas Teknik, Jl. Grafika No.2, Sendowo, Sinduadi, Kec. Mlati, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55284, Indonesia
*saylakhilmas26[at]mail.ugm.ac.id


Abstract

Perkembangan teknologi yang pesat saat ini memengaruhi seluruh sektor perekonomian termasuk sektor pariwisata melalui munculnya konsep smart tourism atau pariwisata cerdas. Smart tourism merupakan konsep pengembangan pariwisata menggunakan pendekatan teknologi informasi untuk meningkatkan kualitas, pengalaman pengunjung, dan efektivitas pengelolaan destinasi wisata. Dengan potensi dan keunggulan tersebut, hanya saja, salah satu jenis pariwisata yang belum dilirik untuk dikembangkan menggunakan konsep smart tourism adalah wisata religi karena jenis wisata ini masih identik dengan tradisi dan budaya masyarakat yang cenderung konvensional dan massal. Salah satu wisata religi yang populer di Indonesia yakni ziarah makam tokoh tertentu seperti Wali Songo yang merupakan bagian dari sejarah penyebaran agama Islam di Pulau Jawa. Salah satu tujuan wisata religi yang terkena adalah Kawasan Makam Sunan Muria yang terletak di Lereng Gunung Muria, Desa Colo, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus. Kawasan Makam Sunan Muria saat ini telah berkembang menjadi salah satu tujuan wisata religi yang membuat kawasan makam dan sekitarnya berkembang menjadi destinasi tujuan wisata. Namun, kedatangan peziarah dalam jumlah besar dalam satu waktu seringkali tidak dibarengi dengan kesiapan kawasan dalam mengakomodasi kebutuhan pengunjung tersebut Dari aspek atraksi, besarnya kunjungan menyebabkan kepadatan dan kesesakan di area makam yang mengurangi kenyamanan peziarah. Kemudian dari aspek amenitas, berlimpahnya kendaraan yang dipakai peziarah menyebabkan kemacetan dan penuhnya kapasitas parkir yang disediakan. Sedang dari aspek aksesibilitas, keberadaan ojek sebagai salah satu alternatif transportasi justru seringkali membuat peziarah mengeluh perihal tarif yang berbeda dan cenderung menipu. Melihat potensi dan masalah tersebut, studi ini memandang diperlukannya inovasi perencanaan kawasan wisata religi dengan menggunakan konsep Sunan Muria smart tourism (Narimo). Secara spasial, konsep Narimo berupaya mewujudkan kawasan pariwisata religi yang terintegrasi dan cerdas. Dalam mendukung terwujudnya tujuan tersebut, Narimo menerapkan prinsip smart EBD (experience, business, and destination) sebagai inovasi pengembangan berbasis 3A pariwisata (atraksi, amenitas dan aksesibilitas). Dari prinsip experience, atraksi akan direncanakan dengan berbasis alur dan kapasitas untuk mengurangi kesesakan pada ruang makam, sedang amenitas dengan pengembangan sistem parkir berbasis ketersediaan, dan aksesibilitas pada sistem transportasi berbasis teknologi dan informasi untuk meminimalisir penipuan. Dari prinsip business, atraksi akan bertumpu pada digitalisasi ekonomi kawasan melalui pencatatan dan pembayaran digital pada pasar wisata dan tiket masuk. Sedang aksesibilitas akan merencanakan digitalisasi ojek konvensional menjadi O-Rio (Ojek Muria Online). Terakhir, dari prinsip destination, atraksi akan merencanakan city dashboard pariwisata sebagai alat bantu pengambilan keputusan kunjungan wisata. Sedang amenitas akan menyiapkan pembuatan map activity and destination, dan terakhir, aksesibilitas akan bertumpu pada CCTV online tracking pada sepanjang jalan menuju Kawasan Makam Sunan Muria untuk meminimalisir kemacetan. Melalui diterapkannya konsep Narimo ini, permasalahan kawasan Sunan Muria diharapkan akan dapat diatasi dengan salah satu dampak langsungnya adalah meningkatnya jumlah wisatawan dan pengalaman kunjungan wisata. Secara tidak langsung, hal ini juga akan berdampak pada ekonomi kawasan dan area sekitarnya, serta secara umum pada Kabupaten Kudus.

Keywords: Wisata Religi- Pariwisata- Smart Tourism- Kawasan Sunan Muria

Share Link | Plain Format | Corresponding Author (Sayla Khilma Syarofina)


9 DESAIN DAN INOVASI KOTA CERDAS ABS-107

Towards a Unified Framework for Smart City Definitions and Measurement Indicators
Riana Garniati Rahayu, Ibrahim Kholilul Rohman, Nuno Vasco Lopes

Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Institut Teknologi Indonesia
Sekolah Kajian Stratejik dan Global, Universitas Indonesia- Indonesia Financial Group
Department of Information Systems, School of Engineering, University of Minho


Abstract

Smart cities aim to leverage intelligent urban systems for the socio-economic and ecological development of urban areas, enhancing the quality of life for citizens and addressing social instability issues. However, there exists a multitude of definitions for smart cities, leading to confusion, especially for developing countries. Some definitions emphasize the role of Information and Communication Technology (ICT) in promoting prosperity and influence, while others focus on the integration of ICT with traditional infrastructures through participatory governance.

This paper seeks to establish a unified framework for smart city definitions and measurement indicators to overcome the challenges posed by the varying definitions. The authors analyze existing definitions, including those portraying smart cities as IT-based innovative urban ecosystems or as user-centered evolutions of other city-concepts. They highlight the importance of a city^s smart ability to tackle its problems and enhance citizens^ living environments through the intelligent accumulation and analysis of diverse data.

One significant challenge is the lack of a universally applicable smart city index that strikes a balance between specificity and broadness. While some smart city indices cater to particular countries^ contexts, they might not be suitable for global application. To address this issue, the paper advocates the development of improved benchmark indicators that demonstrate both universality and smartness in the present conditions of cities.

By offering a comprehensive analysis of smart city definitions and indicators, this study aims to provide valuable insights for policymakers, city planners, and stakeholders in navigating the complexities of smart city development. A unified framework can aid in steering smart city initiatives toward sustainable economic growth, improved quality of life, and efficient use of natural resources, while addressing the unique challenges faced by cities in the developing world.

The concept of smart cities has gained momentum as urban centers seek to leverage intelligent urban systems for socio-economic and ecological development, aiming to enhance the quality of life for citizens and address the root causes of social instability. However, there exists a diversity of definitions for smart cities, which can lead to confusion, particularly for developing countries.

Various perspectives define smart cities as those that capitalize on Information and Communication Technology (ICT) opportunities to foster prosperity and influence. Such cities invest in human and social capital, as well as modern communication infrastructure, to drive sustainable economic growth and ensure a high quality of life while managing natural resources wisely through participatory governance. Moreover, smart cities merge ICT with traditional infrastructures, integrating them using innovative digital technologies.

As the definitions range from IT-based urban ecosystems to user-centered, technology-driven concepts, the challenge of developing countries in comprehending and implementing the smart city model becomes apparent. Many smart city indices in existence are either too specific for particular countries, such as Singapore, Dubai, and Beijing indices, or overly broad.

This paper highlights the necessity of establishing a benchmark indicator that encompasses both universality and smartness, reflecting the current condition of cities. The development of a comprehensive and balanced smart city index is essential to facilitate a more effective and practical approach to smart city development worldwide.

Keywords: developing countries, ict, smart city, urban planning

Share Link | Plain Format | Corresponding Author (Riana Garniati Rahayu)


10 KETAHANAN PANGAN BERKELANJUTAN ABS-5

Analisis Komoditas Unggulan Subsektor Tanaman Pangan di Kabupaten Kampar
Puji Astuti, May Esperanza, Amalia, Thalia A Putri, Harmiyati

Universitas Islam Riau, Pekanbaru


Abstract

Sumber penghasilan penduduk Kabupaten Kampar sebagian besar berasal dari sektor pertanian sub sektor perkebunan, tanaman pangan, perternakan dan holtikultura. Hal ini berdasarkan komposisi masyarakat mencapai 86.40% mata pencahariannya di sektor pertanian. Besarnya penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian tersebut mengindikasikan pembangunan di sektor pertanian merupakan pilar utama keberhasilan pembangunan daerah di Kabupaten Kampar. Pada Tahun 2017 peranan sektor pertanian terhadap kontribusi PDRB di Kabupaten Kampar mencapai 29.76 %. Subsektor pertanian yang menopang sektor pertanian antara lain tanaman perkebunan dengan kontribusi rata-rata sebesar 81.20%, tanaman hortikultuta 7.48%, dan tanaman pangan 3.84%. Pengembangan wilayah yang mengacu pada potensi daerah tentunya menjadikan sektor pertanian sebagai prioritas utama pembangunan daerah. . Komoditas unggulan pada subsektor tanaman pangan di Kabupaten Kampar belum teridentifikasi. Berdasarkan data Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Kampar tahun 2017, kebutuhan pangan di Kabupaten Kampar setiap tahunnya terus meningkat sesuai dengan pertambahan jumlah penduduk namun peningkatan produksi tanaman pangan tidak sebanding dengan lajunya pertambahan penduduk sehingga belum mencukupi kebutuhan penduduk terutama untuk kebutuhan beras. Pada tahun 2017 Kabupaten Kampar membutuhkan beras sebanyak 72.458,92 ton sedangkan produksi padi hanya 42.236,18 ton atau setara 26.676,08 ton beras, berarti Kabupaten Kampar masih devisit kebutuhan beras sebanyak 45.782,84 ton atau sebesar 63,18%. Begitu juga dengan pangan lainnya seperti kacang-kacangan mengalami devisit sebanyak 7.375,01 ton atau sebesar 88,36%. Pemanfaatan lahan di Kabupaten Kampar Tahun 2017 yaitu mencakup lahan sawah dengan luas sebesar 5.781 Ha, yang dimanfaatkan seluas 5.149 Ha atau sebesar 89,07 % sedangkan yang belum dimanfaatkan seluas 632 Ha atau sebesar 10,93 %. Sedangkan untuk potensi lahan kering di Kabupaten Kampar Tahun 2017 adalah sebesar 173.231 Ha yang bisa dimanfaatkan untuk pertanian tanaman pangan, dari total lahan tersebut yang telah dimanfaatkan adalah seluas 140.618 Ha, sedangkan yang belum dimanfaatkan seluas 32.613 Ha. Beberapa potensi lahan yang dimiliki inilah yang menjadi input bagi pemerintah Kabupaten Kampar untuk menggerakkan sektor pertanian guna peningkatan perekonomian regional. Dalam pengembangan potensi wilayah untuk sektor pertanian, keragaman sifat lahan akan sangat menentukan jenis komoditas yang dapat diusahakan serta tingkat produktivitasnya. Pengembangan komoditas subsektor tanaman pangan bertujuan untuk memperoleh produksi optimal secara fisik dan secara ekonomi menguntungkan sehingga perlu diusahakan di lahan yang sesuai dan memiliki peluang pasar. Tujuan penelitian ini yaitu merumuskan arahan dan strategi pengembangan wilayah berdasarkan komoditas unggulan subsektor tanaman pangan di Kabupaten Kampar. Pendekatan deduktif dengan metode kuantitatif digunakan dalam penelitian ini. Data dan informasi yang dibutuhakan berasal dari data primer (wawancara dengan dinas terkait, kelompok usaha tani dan akademisi) dan data sekunder (dokumen-dokumen). Untuk mencapai tujuan tersebut, hal yang dilakukan adalah mengidentifikasi komoditas unggulan, ketersediaan dan kesesuaian lahan dan kebijakan pemerintah terkait subsektor tanaman pangan serta merumuskan arahan dan strategi pengembangan wilayah berdasarkan komoditas unggulan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Location Quotient Analysis (LQ), Shift Share Analysis (SSA), analisis ketersediaan dan kesesuaian lahan dengan metode overlay dan SWOT untuk merumuskan strategi. Berdasarkan hasil kompilasi nilai LQ dan SSA komoditas unggulan subsektor tanaman pangan di Kabupaten Kampar adalah komoditas padi sawah, ubi kayu dan ubi jalar. Lahan tersedia untuk pengembangan komoditas unggulan subsektor tanaman pangan adalah seluas 122.266.208 Ha. Lahan tersedia ini hanya merupakan 19% dari keseluruhan luas Kabupaten Kampar. Hasil ini menunjukkan, bahwa ketersedian lahan sangatlah kecil dibandingkan dengan pontensi lahan di Kabupaten Kampar. Arahan pengembangan komoditas unggulan subsektor tanaman pangan, komoditas ubi jalar diarahkan pengembangannya pada lahan tersedia di 4 kecamatan yaitu Kampar Kiri Hilir, Kampar Kiri Tengah, Tapung dan Tapung Hilir. Komoditas ubi kayu diarahkan pada 9 kecamatan yaitu Kampar Kiri, Kampar Kiri Hulu, Kampar Kiri Hilir, Kampar Kiri Tengah, Tapung, Tapung Hilir, Bangkinang Kota, Tambang dan Perhentian Raja. Komoditas padi sawah diarahkan pengembangan pada 5 kecamatan yaitu Kuok, Salo, Bangkinang, Rumbio Jaya dan Kampar Utara.

Keywords: komoditas unggulan, pertanian, tanaman pangan

Share Link | Plain Format | Corresponding Author (Puji Astuti)


11 KETAHANAN PANGAN BERKELANJUTAN ABS-6

KONSEP KETAHANAN PANGAN BERKELANJUTAN SUKU MALIND ANIM DI MERAUKE PAPUA SELATAN
Elisabeth Veronika Wambrauw

Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas Cenderawasih


Abstract

Suku Malind Anim dikenal dengan juga sebagai Marind Anim merupakan suku yang mendiami territorial selatan Papua khususnya Kabupaten Merauke. Suku Malind anim mendiami wilayah perbatasan negara sehingga territorial mencakup wilayah Indonesia atau wilayah Papua New Guinea. Wilayah Selatan Papua termasuk Kabupaten Merauke merupakan salah satu wilayah di Papua yang memiliki perbedaan cuaca yang eksstem anatar musim kemarau dan musim hujan. Pada saat kemarau dapat terjadi kekeringan yang berkepanjangan bahkan mengakibatkan kebakaran hutan seperti yang terjadi pada thaun 1997-1998 dan 2015-2016. Sebaliknya pda saat musim penghujan terjadi penggenangan air yang mengakibatkan terbentuknya rawa rawa sementara. Malind Anim sebagai salah satu suku yang diami kawasan tersebut mempunyai kearifan lokal dan peraturan adat yang berkaitan dengan pemanfaatan Sumber Daya Alam yang berkaiatn dengan identitas mereka (nakali) yang menjaga keseimbangan alam. Pengelolaan sumber daya alam ini telah dapat dilakukan dan telah diterapkan antar generasi. Tujuan dari artikel ini adalah mengintenfitikasikan salah satu bentuk kearifan local yang berkaitan dengan ketahanan pangan yang berkelanjutan yang ada pada suku Malind Anim. Metode pendekatan dalam penelitian ini adalah Kualitatif Deskriptif (wawancara mendalam dan observasi) dan Metode Systematic Literature Review. Melalui pendekatan kualitatif diharapkan dapat mengali secara epistemology dan ontology terhadap kearifan lokal dan dilakukan Systematik literature Review dengan membaca literature berkaitan dengan suku Malind anim berpuluh-puluh tahun.
Hasil Identifikasi menunjukaan bahwa suku Malind Anim memiliki konsep ketahanan pangan yang telah dilakukan berabad-abad dan masih terus dilakukan samai dengan saat ini yaitu Wambad. Kosep ini muncul karena keterbatasan kondisi geograpgis hampir semua daerah berawa pada dataran rendah, sehingga masyarakat membuat system pertanian dengan membuat bedend-bedeng tanah dan disekitarnya dibuat saluran irigasi. Tujuan pengangkatan tanah untuk menghindari banjir, semementara saluran digali dimanfaatkan untuk mengendalikan banjir sekaligus sebagai penyedia air pada musim kemarau.Ikan dipelihara di kolam yang ada di sekitar wambad . Selain mempersiapkan ketahan pangan terhadap hasil kebun dan pertanian seperti pisang, sagu dan wati, ketahan perikanan pun dapat dimanfaatkan dari konsep wambad ini.
Apabila dikaitkan perkembangan zaman ternyata konsep konservasi dan pengendalian daya rusak oleh air yang dilakukan oleh suku Malind Anim sudah mempertimbangan dampak perumahan iklim dan kesiapan dalam mengatasi ketahanan pangan sekaligus penyedianaan sumber daya air. Apabila konsep yang ada dimasyarakat ini dikolaborasi program pemerintah tentunya dapat dikembangkan berdaya manfaat lebih. Di satu sisi ketahanan pangan yang lebih meningkat karena konsep pembuatan wambad yang menggunakan teknology sehingga areal luasan wambad menjadi lebih luas, dan penyimpanan air menjadi lebih banyak, serta dapat dikembangkan tempat pemancingan yang dapat meningkatkan kebahagian masyarakat sekaligus mendapatkan keuntungan ekonomi. Di sisi lain kearifan local dan nilai budaya yang ada di masyarakat tetap dipertahankan.
Dengan demikian bahwa sebenarnya banyak kearifan lokal yang berlaku dimasyarakat yang dapat berkelanjutan dan masih bisa dikembangkan pada era modernisasi.

Keywords: Malind Anim, Merauke, Wambab, Ketahanan Pangan, Berkelanjutan

Share Link | Plain Format | Corresponding Author (Elisabeth Veronika Wambrauw)


12 KETAHANAN PANGAN BERKELANJUTAN ABS-29

Analisis Spasial Daerah Rawan Bencana Kekeringan Untuk Mendukung Ketahanan Pangan Berkelanjutan di Kabupaten Bogor
Lutfian Arya Syawala 1,*, Darmawan Listya Cahya 2

1 Progam Studi Teknologi Mekanisasi Pertanian/Jurusan Pertanian/Politeknik Pembangunan Pertanian Bogor.
2 Pusat Riset Geospasial/Organisasi Riset Kebumian dan Maritim/Badan Riset dan Inovasi Nasional.


Abstract

Salah satu bencana hidroklimatologis yang sering melanda Indonesia adalah bencana kekeringan yang terutama sering terjadi pada musim kemarau. Bencana kekeringan ini dapat berdampak pada ketahanan pangan berkelanjutan suatu wilayah karena terganggunya hasil panen yang tidak optimal dan menurun produktivitasnya. Penelitian ini bertujuan menganalisis spasial daerah rawan bencana kekeringan untuk mendukung ketahanan pangan berkelanjutan di Kabupaten Bogor. Pengumpulan data dilakukan dengan survey sekunder. Metode pengolahan data dan analisis dengan teknik tumpang susun (overlay) dengan software Sistem Informasi Geografis 9SIG). Hasil penelitian menunjukkan Kabupaten Bogor terdapat 4 kecamatan yang sangat rawan bencana kekeringan, 12 kecamatan yang rawan bencana kekeringan, dan 15 kecamatan yang tidak rawan kekeringan. Untuk mendukung ketahanan pangan berkelanjutan di Kabupaten Bogor, maka untuk kecamatan yang sangat rawan kekeringan dikembangkan sistem pertanian ladang atau tegal pekarangan, untuk kecamatan yang rawan kekeringan dikembangkan sistem pertanian perkebunan, sedangkan untuk kecamatan yang tidak rawan kekeringan diprioritaskan dengan sistem pertanian sawah.

Keywords: bencana kekeringan, berkelanjutan, spasial, SIG, ketahanan pangan

Share Link | Plain Format | Corresponding Author (Lutfian Arya Syawala)


13 KETAHANAN PANGAN BERKELANJUTAN ABS-34

Tingkat Kesiapan Masyarakat Dan Infrastruktur Kawasan Food Estate di Kecamatan Pandih Batu
Muhammad Raihan Wijaya, Ajeng Nugrahaning Dewanti, S.T., M.T., M.Sc., Devi Triwidya Sitaresmi, S.T., M.T

Institut Teknologi Kalimantan


Abstract

Kawasan food estate Kecamatan Pandih Batu berdasarkan Rencana Induk Pengembangan Kawasan Sentra Produksi Pangan (Food Estate) Tahun 2020-2024 Kalimantan Tengah diperlukannya pembentukan forum pertukaran informasi dan pengetahuan pelaku usaha pertanian, serta diperlukannya pengembangan dan pengelolaan infrastruktur dasar. Kemudian dalam menjawab isu tersebut dengan pedoman Rancangan Umum Pengembangan Kawasan Food Estate Berbasis Korporasi Petani Tahun 2021 terdapat program pengembangan melalui peningkatan ketersediaan dan operasional infrastruktur serta pengembangan Sumber Daya Manusia dari segi pengetahuan dan keterampilan petani dalam penerapan teknologi serta mengefektifkan dan mengefesiensikan kelompok tani/ Gapoktan dan Gapoktan. Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui kondisi eksisting tingkat kesiapan masyarakat dan infrastuktur dalam mendukung kawasan food estate di Kecamatan Pandih Batu. Metode pengumpulan berupa kuesioner dan wawancara, serta pada metode analisis menggunakan skoring skala likert dengan hasil analisis berupa perlunya peningkatan pemanfaatan teknologi, peningkatan prasarana tata air, prasarana transportasi, prasarana prasarana pergudangan, dan sarana mesin dan alat pertanian.

Keywords: Kawasan Food Estate, Ketahanan Pangan, Tingkat Kesiapan Masyarakat dan Infrastruktur

Share Link | Plain Format | Corresponding Author (Muhammad Raihan Wijaya)


14 KETAHANAN PANGAN BERKELANJUTAN ABS-74

Analisis Kesesuaian Lahan Pertanian Di Kabupaten Lombok Barat Dengan Program Lahan Sawah di Lindungi (LSD)
Febrita Susanti(a)*, Rasyid Ridha (a),Baiq Harly Widayanti(a)

(a)Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota/Fakulas Teknik/ Universitas Muhammadiyah Mataram, Jl.K.H.Ahmad Dahlan No.1 Pagesangan, Mataram, Nusa Tenggara Barat, Indonesia
*febritasusanti0802[at]gmail.com


Abstract

Indonesia sebagai negara agraris sering menjadi ancaman alih fungsi lahan, lahan pertanian setiap tahun semakin menyusut. Lajunya alih fugsi lahan pertanian menjadi non pertanian dapat mempengaruhi kinerja sektor pertanian. (Ayun, 2020). Sektor pertanian dapat dikatakan menjadi salah satu penggerak roda perekonomian Kabupaten Lombok Barat. Hal ini dapat kita pahami karena wilayah ini mempunyai lahan pertanian yang luas serta memiliki tingkat kesuburan yang tinggi jika dibandingkan daerah lainnya.
pada tahun 2020 penduduk Kabupaten Lombok Barat yang mempunyai lapangan usaha pada sektor petanian masih berada pada urutan ke dua terbesar setelah sektor jasa yaitu sebesar 88.335 jiwa. Hal ini berarti jika lahan pertanian banyak mengalami alih fungsi maka kedepannya akan dapat menimbulkan masalah baru dengan hilangnya mata pencaharian sehingga bertambahnya tingkat pengangguran yang tentunya akan berimbas kepada meningkatnya angka kemiskinan, selain itu pemenuhan kebutuhan kita terhadap pangan juga akan ikut terancam.
Lahan sawah dilindungi (LSD) merupakan salah satu program pemerintah dari kementerian Agraria dan Tata Ruang/ Kepala Badan Pertanahan Nasional yang tujuannya untuk mengendalikan alih fungsi lahan sawah dan memenuhi ketersediaan lahan sawah guna mendukung pangan nasional. Dinas pertanian juga telah menyusun konsep lahan pertanian dan pangan berkelanjutan (LP2B) yang akan dijadikan peraturan daerah yang akan menjadi acuan dalam pembangunan (Taufik, 2017) dan mempunyai tujuan yang sejalan dengan LSD. Kendala pelaksanaan program pemerintah ini yaitu kepemilikan lahan oleh warga, sehingga cenderung sulit untuk mempertahankan kawasan pertanian, karena pemilik lahan lebih cenderung melakukan alih fungsi lahan menjadi area pemukiman. Kabupaten Lombok Barat berdasarkan keputusan Menteri Agrarian dan Tata Ruang/ Kepala Badan Pertanahan Nasional memiliki penetapan peta lahan sawah yang dilindung (LSD) seluas 9.102,17 Ha yang secara existing belum diketahui kondisinya, apakah luasan ini telah terpenuhi dengan baik.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kesesuai lahan pertanian dengan melihat program lahan sawah dilindungi. Metode penelitian menggunakan analisis overlay argis dan studi literatur dan wawancara untuk mengetahui kesesuaian lahan pertanian yang dijadikan sebagai lahan sawah dilindungi. Hasil analisis diperoleh luasan lahan yang tidak sesuai adalah 992,03 ha atau sebesar 7 % dari total luas lahan sawah dilindungi berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW). Temuannya terdapat 26501,62 ha lahan peruntukan sawah yang sesuai dengan RTRW yang belum di tetapkan sebagai lahan sawah dilindungi (LSD).

Keywords: Lahan-Pertanian- LSD- Lombok Barat

Share Link | Plain Format | Corresponding Author (Febrita Susanti)


15 KETAHANAN PANGAN BERKELANJUTAN ABS-100

Arah Kebijakan Sektor Pertanian Berkelanjutan: Tantangan Alih Fungsi Lahan Pertanian dan Peluang bagi Pembenahan Perumahan Petani
Riana Garniati Rahayu

Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Institut Teknologi Indonesia


Abstract

Konversi lahan pertanian menjadi permukiman, industri, atau infrastruktur perkotaan menjadi ancaman bagi lahan pertanian di beberapa wilayah. Pertumbuhan urbanisasi yang cepat dan tekanan untuk mengembangkan wilayah perkotaan seringkali menyebabkan konversi lahan pertanian, yang berdampak negatif bagi akses petani terhadap sumber pencahariannya. Di sisi lain, petani di Indonesia juga menghadapi keterbatasan akses terhadap lahan pertanian dan masih dihadapkan pada permasalahan perumahan dengan kualitas rendah.

Studi ini mencoba untuk menganalisis arah kebijakan pertanian dalam menghadapi fenomena alih fungsi lahan dengan mengaitkannya pada penyediaan sektor perumahan pertanian khususnya bagi para petani. Melalui kajian literatur, penelitian ini akan menganalisis peluang dan tantangan dalam implementasi kebijakan pertanian berkelanjutan yang memiliki keterkaitan dengan sektor perumahan. Selain itu, penelitian ini juga akan menganalisis faktor-faktor kunci yang mempengaruhi keberhasilan kebijakan pertanian dalam meminimalisir konversi lahan pertanian untuk mendorong ketahanan pangan.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan arahan yang lebih baik tentang kebijakan pertanian secara multi sektor dan dampaknya terhadap konversi lahan pertanian di Indonesia. Temuan penelitian ini dapat menjadi dasar untuk perbaikan kebijakan pertanian yang lebih efektif dalam mempertahankan lahan pertanian, meningkatkan ketahanan pangan, sekaligus mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan dalam penyediaan kebutuhan dasar terutama perumahan bagi petani.

Keywords: alih fungsi, berkelanjutan, pertanian, perumahan, rumah sewa

Share Link | Plain Format | Corresponding Author (Riana Garniati Rahayu)


16 KETAHANAN PANGAN BERKELANJUTAN ABS-119

Food Environment: Sebuah kerangka konseptual untuk analisis spasial pada stunting
Sri Tuntung Pandangwati, Dodi Widiyanto

Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Departemen Teknik Arsitektur dan Perencanaan, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada.

Program Studi Pengembangan Wilayah, Departemen Geografi Pembangunan, Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada.


Abstract

Salah satu permasalahan ketahanan pangan yang menjadi prioritas nasional adalah tingginya angka prevalensi stunting di beberapa daerah di Indonesia. Berbagai program telah dikembangkan untuk mengatasi permasalahan ini, seperti pemberian bantuan makanan dan suplemen untuk perbaikan gizi, penyuluhan dan penggalakan vaksinasi balita. Sudah cukup banyak juga penelitian mengenai stunting, tetapi belum banyak penelitian yang meneliti permasalahan stunting dari sisi keruangan terutama yang melihat keterkaitan stunting dengan aksesibilitas pangan baik dari sisi geografis maupun ekonomi. Sudah cukup banyak riset dalam bidang ilmu perencanaan wilayah dan kota yang meneliti mengenai keterkaitan status gizi masyarakat (seperti obesitas atau malnutrisi) dengan aksesibilitas terhadap makanan sehat dan bergizi. Namun, penelitian serupa belum diaplikasikan pada konteks permasalahan stunting di Indonesia. Oleh karena itu, artikel ini bertujuan untuk mengisi gap tersebut dengan merumuskan sebuah kerangka konseptual yang dapat digunakan sebagai dasar untuk mengeksplor peran perencanaan wilayah dan kota dalam penangangan permasalahan stunting di Indonesia. Kerangka konseptual ini dirumuskan berdasarkan hasil review dari literatur terkini yang membahas mengenai konsep food environment. Konsep ini diuraikan, dibahas dan diadaptasi untuk konteks permasalahan stunting di Indonesia.

Keywords: prasarana, aksesibilitas pangan, analisis keruangan, status gizi anak, stunting.

Share Link | Plain Format | Corresponding Author (Sri Tuntung Pandangwati)


17 KETAHANAN PANGAN BERKELANJUTAN ABS-126

Digitalisasi Pertanian melalui Pembangunan Sistem Informasi Pertanian Padi
Irland Fardani, Ivan Chofyan, Zulfikar Noormansyah

Universitas Islam Bandung, Universitas Siliwangi


Abstract

Era Industri 4.0 sudah mulai menyebar keseluruh aspek kehidupan di Indonesia, tidak terkecuali sektor pertanian. Pemanfaatan teknologi pada industri 4.0 di bidang pertanian yang dapat digunakan adalah pendaatan hasil pertanian. Masi banyak para petani yang tidak menyimpan data-data produksi pertanian mereka secara baik, hal ini menyebabkan perencanaan kegiatan pertanian para petani di indonesia masi berbasiskan kebiasaan yang diturunkan secara turun-temurun. Pada penelitian ini dilakukan pembangunan sistem informasi pertanian, yang bertujuan untuk membuat database hasil pertanian para petani. Pembangunan sistem informasi pertanian ini menggunakan konsep waterfall, yaitu dengan cara mewawancarai para petani tentang kebutuhan meraka, setelah desain sudah setengah jadi, dilakukan konfirmasi kembali ke petani. Proses ini dilakukan secara terus-menurus, sampai semua kebutuhan petani terakomodasi dalam sistem informasi ini. Dari penelitian ini didapatkan bahwa, petani membutuhkan informasi luas dan lokasi sawah, jumlah pupuk yang digunakan, jumlah benih yang digunakan dan hasil panen setiap musim panen-nya. Dari informasi tersebut, dibuatkan sebuah sistem informasi pertanian berbasis web yang dapat diakses oleh para petani.

Keywords: Pertanian,Teknologi, Sistem Informasi, Data

Share Link | Plain Format | Corresponding Author (irland fardani)


18 KOMUNITAS PERKOTAAN YANG CERDAS DAN INKLUSIF ABS-55

Penyediaan Taman Fungsi Sosial Budaya dalam Mewujudkan Komunitas Perkotaan yang Inklusif
Ribka Dwi Sellin (a*), Mega Ulimaz (b)

a) Perencanaan Wilayah dan Kota/Jurusan Teknik Sipil dan Perencanaan/Institut Teknologi Kalimantan
*08191064[at]student.itk.ac.id
b) Perencanaan Wilayah dan Kota/Jurusan Teknik Sipil dan Perencanaan/Institut Teknologi Kalimantan


Abstract

Diketahui bahwa persentase luasan RTH di Kota Bontang sebesar 20,09% yang berarti belum sesuai dengan kebijakan 30% luasan RTH dari luas wilayah kabupaten/kota pada Peraturan Menteri ATR/BPN Nomor 14 Tahun 2022. Selain itu diketahui bahwa belum terdistribusi secara meratanya keberadaan ruang terbuka publik tipologi RTH Taman untuk melayani kebutuhan fungsi sosial budaya di Kota Bontang sebagai kota industri dengan penduduknya yang bersifat heterogen. Dengan keberadaan ruang terbuka publik sebagai elemen perkotaan yang mewadahi praktik sosial budaya masyarakat dan mendukung peningkatan kohesi sosial, maka belum tercapainya pemerataan pelayanan RTH Taman dinilai berkorelasi dengan masih cukup rendahnya kohesi sosial yang ditunjukkan dengan rendahnya cakupan pembinaan forum kerukunan masyarakat dan partisipasi masyarakat dalam program pembangunan di Kota Bontang. Tujuan penelitian ini yaitu dapat direkomendasikannya arahan lokasi ruang terbuka publik fungsi sosial budaya berdasarkan tingkat permintaan menurut karakteristik sosial budaya dan tingkat penyediaan menurut karakteristik fisik di Kota Bontang dalam mendukung terwujudnya komunitas perkotaan yang inklusif. Metode penelitian yang digunakan yakni penggunaan F-AHP untuk perolehan bobot prioritas kriteria aspek sosial, budaya, dan fisik sebagai kriteria penentuan lokasi lahan potensial peruntukkan RTH Taman fungsi sosial budaya serta Weighted Sum Overlay yang digunakan untuk perolehan lokasi lahan potensial yang dapat direkomendasikan sebagai peruntukkan RTH Taman menurut tingkat permintaan aspek sosial dan budaya serta tingkat penyediaan aspek fisik. Hasil penelitian diperoleh bobot untuk kriteria aspek sosial meliputi 0,315 untuk kriteria persentase jumlah penduduk menurut usia- 0 untuk kriteria persentase jumlah penduduk menurut kondisi ekonomi- 0,453 untuk kriteria persentase jumlah penduduk menurut jenjang pendidikan- serta 0,230 untuk kriteria persentase jumlah penduduk menurut status pekerjaan. Bobot prioritas kriteria aspek budaya meliputi 0,020 untuk kriteria jumlah penyelenggaraan aktivitas fisik- 0,274 untuk jumlah penyelenggaraan kegiatan interaksi sosial- 0,497 untuk kriteria jumlah penyelenggaraan kegiatan pengembangan kreativitas- 0,207 untuk kriteria jumlah penyelenggaraan kegiatan formal- dan 0 untuk jumlah penyelenggaraan kegiatan kebudayaan kelompok etnis. Bobot prioritas kriteria aspek fisik meliputi 0,334 untuk kriteria jarak lahan terbuka dengan kawasan permukiman- 0 untuk kriteria kelerengan- 0,208 untuk kriteria jarak lahan terbuka yang dapat ditempuh oleh pejalan kaki- 0,457 untuk kriteria integrasi ruang- dan 0 untuk kriteria keterjangkauan jarak lahan dengan jalur kendaraan. Hasil akhir dari penelitian yakni diperolehnya 44 lahan terbuka potensial dengan 34 lahan terbuka bernilai potensial sangat tinggi dan 10 lahan terbuka bernilai potensial tinggi sebagai lokasi ruang terbuka publik tipologi taman dalam memenuhi kebutuhan penyelenggaraan sosial budaya di Kota Bontang.

Keywords: F-AHP- Kohesi Sosial- Komunitas Perkotaan Inklusif- RTH Taman- Weighted Sum Overlay

Share Link | Plain Format | Corresponding Author (Ribka Dwi Sellin)


19 KOMUNITAS PERKOTAAN YANG CERDAS DAN INKLUSIF ABS-64

Identifikasi Kualitas Ruang Publik yang Inklusif di Kampung Warna-Warni Balikpapan
Fannisa Az-Zahra 1,*, Mega Ulimaz 1

Perencanaan Wilayah dan Kota/Jurusan Teknik Sipil dan Perencanaan/Institut Teknologi Kalimantan
*fannisazzahra38[at]gmail.com


Abstract

Kampung Warna-Warni Teluk Seribu merupakan sebuah perkampungan di Kota Balikpapan yang memiliki beberapa ruang publik seperti taman dan pasar. Ruang publik yang berada di Kampung Warna-Warni masih belum memberikan kesan yang nyaman dan inklusif. Kualitas ruang publik yang kondisinya belum baik dapat menimbulkan kegelisahan bagi sebagian masyarakat terutama pada penyandang disabilitas yang memiliki keterbatasan fisik maupun mental. Ruang publik yang baik seharusnya dapat diakses oleh seluruh masyarakat tetapi pada kenyataannya masih terdapat beberapa ruang publik yang belum memberikan kualitas akses yang baik sehingga menimbulkan permasalahan karena kualitas ruang publiknya belum menjamin kualitas ruang publik yang inklusif. Ruang publik merupakan sebuah ruang yang berfungsi sebagai wadah untuk semua orang baik individu mapun bekelompok dengan berbagai aktivitas yang terdapat didalamnya. Ruang publik ini diharapkan mampu menjadi ruang publik yang inklusif dan dapat mewadahi seluruh aktivitas masyarakat didalamnya. Ruang publik yang inklusif harus memperhatikan beberapa kriteria seperti kenyamanan dan aksesibilitas yang terdiri dari akses fisik, akses sosial, akses terhadap aktivitas dan akses terhadap informasi. Tujuan dari penelitian ini yaitu mengidentifikasi kualitas ruang publik yang inklusif di Kampung Warna-Warni, khususnya di Taman dan Pasar. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan melakukan observasi langsung untuk mendapatkan gambaran kondisi eksisting terkait kualitas ruang publik. Analisis yang digunakan pada penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif. Temuan hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas pada ruang publik taman merupakan ruang publik yang inklusif, sedangkan ruang publik pasar merupakan ruang publik yang tidak inklusif karena ditemukan beberapa kondisi dan ketersediaan fasilitas yang belum memadai.

Keywords: inklusif, kualitas ruang publik, ruang publik

Share Link | Plain Format | Corresponding Author (Fannisa Az-Zahra)


20 KOMUNITAS PERKOTAAN YANG CERDAS DAN INKLUSIF ABS-68

Analisis Kesesuaian Kondisi Eksisting Penyediaan Air Bersih Di Kelurahan Sepinggan Raya
Ardianti 1,*, Mega Ulimaz 2

Perencanaan Wilayah dan Kota/Jurusan Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Kalimantan.
Antyyar24[at]gmail.com


Abstract

Kelurahan Sepinggan Raya berlokasi di Kecamatan Balikpapan Selatan, Penyediaan air bersih sangatlah penting untuk memenuhi Kebutuhan hidup sehari-hari sesuai dengan karakteristik kegiatan yang meliputi kepadatan penduduk, aktivitas penduduk, dan lingkungan. Berdasarkan permasalahan yang terjadi di Kelurahan Sepinggan Raya terdapat permukiman masyarakat tidak memiliki izin mendirikan bangunan sehingga Kurangnya penyaluran air bersih untuk melayani Kebutuhan Domestik maupun Non Domestik. Sehingga, dengan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesesuai Kondisi Eksisting Dengan menggunakan Analisis Deskriptif metode Komparasi untuk membandingkan Standar Peraturan yang berlaku dengan Kondisi Eksisting. Adapun pengumpulan data yang dilakukan untuk kebutuhan Domestik dan Kebutuhan Non Domestik berupa Sumber air, Debit air , akses ketersedian air bersih, Kedalam sumur , Penampungan air, dan Standar kebutuhan air bersih sesuai dengan Peraturan Mentri Pekerja Umum dan Perumahan Rakyat dan SNI 0370652005. Dalam mengetahui Debit air dapat melakukan pengukuran berdasarkan penggunaan air bersih setiap M3 per Bulan. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini terdapat kesesuaian dan Ketidaksesuaian Kebutuhan Domestik dan Kebutuhan Non Domestik, Berdasrkan Kebutuhan Domestik berdasarkan Kondisi eksisting Sumber air PDAM 10,58 liter per detik, sedangkan penyediaan air yang seharusnya tersedia 12,40 liter per detik. Kebutuhan Non Domestik berdasarkan Kondisi Eksisting Sumber air PDAM 13,953 liter per detik, Sedangkan penyediaan air yang seharusnya tersedia 13,765 liter per detik. Sehingga, diketahui terdapat Kesesuaian dan Ketidaksesuaian terhadap pemenuhan Kebutuhan air bersih untuk melayani seluruh Masyarakat Kelurahan Sepinggan Raya.

Keywords: Air Bersih, Kebutuhan Air Bersih, Analisis Komparasi.

Share Link | Plain Format | Corresponding Author (Ardi anti)


21 KOMUNITAS PERKOTAAN YANG CERDAS DAN INKLUSIF ABS-78

Memahami Suku Paser Dari Serembolum,Kombat dan Lempinak
Ni G.A.Diah Ambarwati Kardinal*

Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota
Fakultas Teknik
Universitas Hindu Indonesia
Jalan Sangalangit , Penatih,Denpasar Utara 80238, Indonesia
*diahkardinal[at]unhi.ac.id


Abstract

Indonesia begitu kaya akan keberagaman sukunya. Salah satu suku yang mendiami bumi kalimantan adalah Suku paser . Sebagai sebuah suku, paser memiliki keterikatan dengan alam dan lingkungannya yang dituangkan dalam berbagai bentuk karya suku seperti yang terlihat pada rumah tradisionalnya, musik , tariannya dan lain-lain. Suku paser sendiri memiliki beberapa motif atau cura yang tertuang dalam pakaian trasional suku paser, yakni tumbuhan yang bernama serembolum, kombat , lempinak, Jangang Wong dan Pelopak Basung. Setiap tanaman memiliki filosofinya tersendiri yang dapat digali lebih mendalam untuk memahami karakter dari suku paser.Hal ini merupakan pencapaian budaya dari suku paser. Pemindahan Ibu Kota Negara Indonesia ke Kecamatan Sepaku Kabupaten Penajam Paser Utara menimbulkan kekhawatiran akan terpinggirkannya budaya dari suku paser akibat derasnya penduduk pendatang. Sebagai pendatang sangat penting mempelajari karakter suku paser untuk menjaga kerukunan antar suku. Karakter suku paser dapat dipelajari melalui budaya suku paser dimana salah satunya adalah ornamen khas suku paser yang terilhami dari tumbuhan. Ornamen serembolum melambangkan kedamaian, kombat menolak pengaruh atau niat jahat, Lempinak lambang dari kemakmuran dan kesejahteraan , Jangang wong sebagai prilaku yang mempesona dengan budi bahasa yang mulia dan pelopak basung yakni pentingnya mempersiapkan generasi penerus dengan mendidik sejak dari kandungan hingga siap dimasyarakat. Menggunakan metode kualitatif deskriptif melalui wawancara dengan tokoh suku adat pasar serta literatur-literatur terkait, penelitian ini bertujuan untuk memahami karakter suku paser melalui ornamen tumbuhan suku paser sehingga toleransi atas keberagaman suku di Indonesia dapat ditegakkan.

Keywords: budaya,karakter, suku paser, ornamen

Share Link | Plain Format | Corresponding Author (Ni G A Diah Ambarwati Kardinal)


22 KOMUNITAS PERKOTAAN YANG CERDAS DAN INKLUSIF ABS-91

Sense of Community Ruang Publik di Permukiman Kota: Mengeksplorasi Produktivitas Masyarakat dalam Menciptakan Ruang Interaksi Ekonomi
Ima Rahmawati Sushanti

Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Mataram


Abstract

Fungsi ruang publik berhubungan dengan identitas ruang publik. Identitas ruang publik dapat berubah karena dinamika perkembangan global terjadi. Hal tersebut dapat mempengaruhi aktivitas manusia dalam berinteraksi dengan ruang publik. Hubungan antara manusia sebagai pengguna dan ruang publik dapat menciptakan dan menguatkan identitas tempat. Dengan pendekatan sense of community, ruang publik dapat diidentifikasi berdasarkan pengalaman manusia terhadap tempat. Sense of community menunjukkan perasaan dimana orang-orang memiliki sesuatu yang sama antara satu sama lain berdasarkan pola interaksi dan keterlibatan dari masyarakat. Studi kasus adalah koridor di permukiman Sekarbela, Kota Mataram sebagai ruang publik yang digunakan untuk ruang interaksi ekonomi sentra penghasil kerajinan mutiara emas dan perak. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Tujuan penelitian adalah menemukan sense of community pada koridor permukiman Sekarbela dengan menggali produktivitas masyarakat dalam rangka meningkatkan kehidupan ekonomi. Produktivitas menunjukkan sistem aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat saat berinteraksi dengan ruang publik. Teknik pengumpulan data adalah wawancara, observasi, deskriptif, dan dokumentasi. Analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif komparatif dan analisis spasial untuk mengkaji identitas tempat dan menemukan sense of community. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sense of community dari koridor permukiman Sekarbela terbentuk dengan adanya partisipasi masyarakat, berlangsungnya fungsi ekonomi, dan makna koridor sebagai ruang interaksi ekonomi.

Keywords: identitas tempat, komunitas, produktivitas, ruang interaksi ekonomi, sense of community

Share Link | Plain Format | Corresponding Author (Ima Rahmawati Sushanti)


23 KOMUNITAS PERKOTAAN YANG CERDAS DAN INKLUSIF ABS-105

Peran Community-based Organisation dalam Inovasi Keberlanjutan Komunitas UMKM Menuju Smart City
Winny Astuti(a), Chrisna Tri Hadi Permana(b), Hakimatul Mukaromah (b)

a)Pusat Informasi dan Pembangunan Wilayah Universitas Sebelas Maret , Jalan Ir. Sutami 36 A Kentingan Surakarta 57126
winnyast[at]ft.uns.ac.id

b)Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Sebelas Maret ,Jalan Ir. Sutami 36 A Kentingan Surakarta 57126
chrisna.permana[at]staff.uns.ac.id


Abstract

Perwujudan Smart City di Indonesia bergantung pada partisipasi aktif dari masyarakat. Organisasi Berbasis Masyarakat (Community-based Organization/CBO) memiliki peran penting dalam memfasilitasi program dan kegiatan Smart City yang melibatkan partisipasi, tindakan kolektif, dan pemberdayaan masyarakat. CBO berfungsi membangun komunitas yang meningkatkan kekuatan negosiasi dalam pengambilan keputusan dan memperluas akses informasi dan jaringan. Penelitian bertujuan untuk memberikan kajian empiris tentang peran CBO dalam mendorong perwujudan Smart City berbasis masyarakat, dengan fokus pada pengembangan Komunitas UMKM di 4 Kampung Kreatif di Kota Surakarta: Laweyan, Sondakan, Potrojayan, dan Kauman. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif melalui wawancara dan FGD melibatkan ketua CBO, perwakilan pemerintah daerah, dan pelaku UMKM di lokasi studi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran CBO dominan dalam menginisiasi inovasi dan teknologi, sebagai wadah pertukaran pengetahuan, mediator transfer teknologi, serta penggagas inovasi ramah lingkungan. Namun, tingkat dominasi CBO berbeda di setiap lokasi, dipengaruhi oleh dukungan dan kepercayaan dari lembaga formal di atasnya.

Keywords: Community-based Organisation- Kampung Kreative , Smart City ,UMKM

Share Link | Plain Format | Corresponding Author (Winny Astuti)


24 KOMUNITAS PERKOTAAN YANG CERDAS DAN INKLUSIF ABS-108

Placemaking di Kolong Jalan Layang, Fenomena Penggunaan ^Lost Space^ untuk Taman Kota
Dheamyra Aysha Ihsanti, Sugiyantoro

Institut Teknologi Bandung


Abstract

Placemaking merupakan fenomena yang unik, di mana ruang tercipta sebagai hasil dari proses sosial dan ekonomi yang menjadi bagian dari interaksi masyarakat perkotaan. Penelitian ini menjadi unik karena placemaking terjadi di ruang kota yang terabaikan atau lost space, yaitu ruang yang merupakan residu dari proses pembangunan kota dan umumnya diabaikan dalam pemanfaatan lahan secara formal. Pada kasus ini, lost space di sini adalah ruang atau kolong di bawah Jalan Layang Pasupati, Kota Bandung. Ruang ini sebagai residu dari pembangunan infrastruktur jalan layang yang menghubungkan Kawasan Jalan Dago dengan Kawasan Jalan Pasteur dan Kawasan Pintu Tol Pasteur. Berkat jalan layang ini maka tercipta koneksi baru yang memudahkan pergerakan bagi para pelancong dari arah Jakarta dan masyarakat di peri-urban area sebelah barat Kota Bandung langsung ke jantung kota bagian utara. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi proses perkembangan terjadinya placemaking pada ruang terabaikan (lost space) sebagai residu dari adanya konstruksi jembatan layang di tengah Kota Bandung. Saat ini, ruang ini difungsikan secara formal sebagai ruang publik, dan diberi nama Taman Film Kota Bandung. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Metode pengumpulan data menggunakan dua pendekatan utama, yaitu wawancara semi-terstruktur kepada beberapa narasumber melalui snowballing method, dan observasi lapangan. Analisis data dilakukan dengan menggunakan content analysis, yaitu dengan mengolah data hasil transkrip wawancara dan membandingkannya dengan hasil pengamatan lapangan. Penelitian ini menghasilkan temuan, pertama, placemaking yang terjadi di kolong jembatan layang merupakan fenomena pemanfaatan ruang terabaikan (lost space) menjadi sarana ruang publik, yang semula adalah lokasi kosong dan digunakan secara informal oleh masyarakat, umumnya kegiatan berkarakter negatif sehingga sulit untuk disebut sebagai placemaking, lalu menjadi ditetapkan sebagai bagian dari infrastruktur kota atau ruang publik formal melalui penetapan kebijakan pemerintah. Kedua, kebijakan penetapan lokasi kolong jembatan sebagai taman kota dan bagian dari ruang publik Kota Bandung merupakan proses formal placemaking. Proses formal placemaking ini kurang melibatkan peran masyarakat, baik dalam tahapan penetapan kebijakan, perencanaan, pembangunan, maupun pengelolaannya. Ketiga, terdapat momentum atau peristiwa penting yang mempengaruhi terjadinya placemaking dan karakterisitik ruang yang terbentuk di tempat ini. Hal ini menghasilkan periodisasi pentahapan perkembangan placemaking. Keempat, terdapat faktor penggerak dan penghambat terjadinya placemaking, dan ini berbeda untuk setiap periode perkembangan placemaking. Faktor penggerak positif adalah tindakan atau peristiwa yang memicu terjadinya placemaking, seperti berkembangnya kegiatan nonton bersama, diskusi komunitas film, latihan bela diri, dan lain-lain. Faktor penggerak negatif adalah tindakan atau peristiwa yang menghambat terjadinya placemaking, atau disebut juga sebagai faktor penghambat, seperti berkembangnya transaksi narkoba, sebagai tempat adu hewan, sebagai tempat tinggal para tunawisma dan lain-lain.

Keywords: Bandung, lost space, placemaking, ruang publik, taman kota

Share Link | Plain Format | Corresponding Author (Dheamyra Aysha Ihsanti)


25 KOMUNITAS PERKOTAAN YANG CERDAS DAN INKLUSIF ABS-115

Kajian Partisipasi Pemuda Sebagai Bentuk Pembangunan Inklusif (Studi Kasus Desa Perkotaan dan Perdesaan di Kabupaten Temanggung)
Hafzhi Nur Azmi (1)*, Holi Bina Wijaya (2), Artiningsih (3)

(1)Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota/Fakultas Teknik/Universitas Diponegoro
(2)Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota/Fakultas Teknik/Universitas Diponegoro
(3)Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota/Fakultas Teknik/Universitas Diponegoro


Abstract

Partisipasi pemuda dalam pembangunan merupakan hal penting dalam penciptaan komunitas masyarakat yang demokratis dan inklusif. Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi partisipasi pemuda, salah satunya adalah tempat tinggal mereka. Studi terdahulu menggambarkan bentuk partisipasi pemuda di desa dan kota sebagai hal yang dinamis, banyak perbedaan namun juga banyak persamaannya. Tujuan penelitian ini adalah mengkaji partisipasi pemuda di desa perkotaan dan perdesaan Kabupaten Temanggung dalam pembangunan daerah. Partisipasi tersebut dilihat dari keikutsertaan pemuda dalam kegiatan sosial masyarakat, organisasi masyarakat, serta memberikan pendapat dalam kegiatan pembangunan, dan faktor apa saja yang mempengaruhinya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode skoring melalui kuesioner yang disebarkan pada 44 desa perkotaan dan perdesaan atau 15% dari total desa di Kabupaten Temanggung. Adapun indikasi status desa perkotaan dan perdesaan diperoleh berdasarkan kepadatan penduduk, persentase keluarga pertanian dan akses untuk mencapai fasilitas perkotaan. Hasil penelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan signifikan antara partisipasi pemuda di desa perkotaan dan perdesaan. Keterlibatan pemuda dalam kegiatan sosial dan organisasi masyarakat tergolong tinggi, namun keterlibatan pada pemberian pendapat untuk kegiatan pembangunan masih menjadi tantangan, baik di desa perkotaan maupun perdesaan. Homogenitas penduduk di desa perkotaan dan perdesaan Kabupaten Temanggung merupakan salah satu indikasi penyebab tidak adanya perbedaan signifikan antara partisipasi pemuda di desa dan desakota.

Keywords: Partisipasi, Pemuda, Pembangunan Inklusif, Desa Perkotaan, Perdesaan

Share Link | Plain Format | Corresponding Author (Hafzhi Nur Azmi)


26 KOMUNITAS PERKOTAAN YANG CERDAS DAN INKLUSIF ABS-143

Membangun Kota Cerdas untuk Disabilitas: Tantangan dan Strategi
Husnul Fitri

Kajian Pengembangan Perkotaan-Sekolah Kajian Stratejik dan Global, Universitas Indonesia


Abstract

Penggunaan teknologi dalam berbagai aspek kehidupan termasuk pembangunan kota telah menjadi suatu fenomena yang tidak dapat ditawar lagi dalam era perkembangan teknologi yang semakin pesat. Kota cerdas pada dasarnya didesain untuk memberikan kemudahan dan memenuhi kebutuhan masyarakat perkotaan dalam melakukan aktivitasnya di ruang kota. Kemudahan yang ditawarkan oleh kota cerdas diharapkan dapat mendobrak hambatan-hambatan (barrier free) yang selama ini dirasakan dalam kehidupan masyarakat urban. Oleh karena itu, kota cerdas sewajarnya bersifat universal, inklusif, dan dapat diakses oleh semua warga tanpa terkecuali. Namun demikian, dalam kenyataannya, tidak seluruh masyarakat kota mendapat manfaat yang sama dari implementasi kota cerdas ini. Kelompok disabilitas belum menjadi bagian yang dijangkau oleh teknologi kota cerdas secara utuh. Bahkan teknologi dalam kota cerdas dapat menyebabkan kelompok disabilitas menjadi semakin tertinggal dari masyarakat umum lainnya. Beberapa kota besar di dunia, seperti New York dan Singapura, telah melakukan sejumlah inisiatif untuk mengakomodasi kebutuhan disabilitas dalam pengembangan kota cerdas. Namun, inisiatif tersebut belum bersifat menyeluruh dan belum sepenuhnya melibatkan kelompok disabilitas dalam perencanaan kota cerdas. Bagaimana dengan Indonesia? Saat ini, kebutuhan kelompok disabilitas masih mengalami berbagai hambatan yang menyebabkan belum terpenuhinya hak-hak disabilitas di perkotaan. Sebagai contoh, pemenuhan kebutuhan transportasi yang aksesibel dan user friendly ataupun masih minimnya assistive technology bagi kelompok disabilitas untuk beraktivitas di ruang kota menunjukkan masih minimnya teknologi kota cerdas yang inklusif. Kota cerdas harusnya memberikan oportunitas yang sama bagi disabilitas untuk mendapat kemudahan serta meminimalisasi hambatan di kota sehingga dapat meningkatan well-being masyarakat sebagai salah satu dampak dari implementasi kota cerdas yang dirasakan seluruh kelompok masyarakat kota yang beragam tanpa kecuali. Berkaitan hal tersebut, paper ini akan memaparkan tantangan dan strategi pengembangan kota cerdas yang mengakomodasi kebutuhan disabilitas sehingga dapat menciptakan kota cerdas yang inklusif dan aksesibel.

Keywords: disabilitas, inklusif, kota cerdas

Share Link | Plain Format | Corresponding Author (Husnul Fitri)


27 MANAJEMEN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN YANG BERKELANJUTAN ABS-19

Implementasi Kebijakan Corporate Social Responsibility (CSR) sebagai Alternatif Sumber Pembiayaan Berkelanjutan di Kota Bogor
Novida Waskitaningsih 1,*, Lilis Sri Mulyawati 2

1Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Pakuan
2 Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Pakuan
*novida.waskitaningsih[at]unpak.ac.id


Abstract

Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan salah sumber pembiayaan non-konvensional yang dapat dijadikan sebagai alternatif bagi pemerintah daerah dalam penyediaan infrastruktur dan pembangunan akibat belum maksimalnya pendapatan daerah. Pemerintah Kota Bogor menyadari pentingnya pemanfaatan CSR sebagai sumber pembiayaan non-konvensional dengan menetapkan Peraturan Daerah No. 6 Tahun 2016 dan Peraturan Walikota Bogor No. 69 Tahun 2017. Peraturan tersebut diharapkan dapat menjadi landasan hukum Pemerintah Kota Bogor untuk menetapkan mekanisme pelaksanaan CSR perusahaan secara terpadu dan berkelanjutan. Dengan demikian, Pemerintah Kota Bogor dapat mengarahkan program-program CSR perusahaan agar selaras dengan program prioritas pembangunan Kota Bogor. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi kebijakan CSR di Kota Bogor. Pengumpulan data dilakukan melalui telaah dokumen dan wawancara mendalam untuk kemudian dianalisis menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peraturan CSR di Kota Bogor belum sepenuhnya diimplementasikan, terutama yang terkait dengan pembiayaan CSR, mekanisme pelaksanaan, pemantauan dan pengendalian, serta pemberian penghargaan dan sanksi administrasi. Peraturan yang seharusnya mulai diterapkan secara bertahap sejak 2016 ini masih belum disosialisasikan secara maksimal kepada seluruh perusahaan di Kota Bogor, yang salah satunya diakibatkan oleh pandemi covid-19. Bila dikaitkan dengan teori implementasi kebijakan, Kota Bogor telah memiliki organisasi sesuai kebijakan CSR, dengan dibentuknya tim fasilitasi dan sekretariat, serta forum CSR. Akan tetapi, belum terdapat kesamaan interpretasi tentang kebijakan CSR, terutama di kalangan perusahaan-perusahaan, sehingga berdampak pada belum optimalnya aplikasi kebijakan CSR Kota Bogor. Belum sesuainya implementasi kebijakan CSR ini pada akhirnya berpengaruh pada belum maksimalnya kontribusi CSR bagi pembangunan Kota Bogor.

Keywords: Corporate Social Responsibility, implementasi kebijakan, pembiayaan pembangunan, sumber pembiayaan berkelanjutan

Share Link | Plain Format | Corresponding Author (Novida Waskitaningsih)


28 MANAJEMEN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN YANG BERKELANJUTAN ABS-90

Evaluasi Kesesuaian Pemanfaatan Ruang Wilayah Berdasarkan Kemampuan Anggaran Pembangunan di Kabupaten Pringsewu Provinsi Lampung
Muhammad Irfan Affandi, Henky Mayaguezz, Fatmawati Hajar Aswad

Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Lampung


Abstract

Penelitian bertujuan untuk dapat mengidentifikasi terkait kesesuaian pemanfaatan ruang wilayah wilayah berdasarkan kemampuan anggaran pembangunan di Kabupaten Pringsewu tahun 2017-2021. Penelitian menggunakan metode penyelesaian atau cost to cost untuk mengetahui kemampuan ataupun serapan anggaran pembangunan yang memperhatikan program pemanfaatan ruang di Kabupaten Pringsewu tahun 2017-2021, kemudian ditarik meggunakan analisis deksriptif naratif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemanfaatan ruang di Kabupaten Pringsewu pada tahun 2017-2021 tidak cukup stabil dalam hal penataan ruang dan rata-rata memiliki nilai pemanfaatan ruang <50%. Kemampuan anggaran pembangunan cukup memenuhi atau dengan serapan anggaran sebesar >90%. Hal tersebut dikarenakan anggaran menyesuaikan dengan target pembangunan daerah yang harus dicapai dengan memilah program yang di prioritaskan. Beberapa program yang tidak di prioritaskan berjalan ditahun selanjutnya, terutama pada masa pandemic covid-19 terjadi refocusing anggaran pada bidang pedidikan, kesehatan dan sebagian pembenahan sarana infrastruktur

Keywords: Evaluasi Kesesuaian, Anggaran Pembangunan, Pemanfatan Ruang Wilayah

Share Link | Plain Format | Corresponding Author (Muhammad Irfan Affandi)


29 MANAJEMEN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN YANG BERKELANJUTAN ABS-110

Kemampuan Membeli Hunian bagi Generasi Milenial di DKI Jakarta dan Kota Surabaya
Ayu Novita Sari (a*), Nany Yuliastuti (b)

(a) Program Studi Magister Perencanaan Wilayah dan Kota, Universitas Diponegoro.
(b) Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota, Universitas Diponegoro.


Abstract

Menteri Keuangan RI menyampaikan pada acara Securitization Summit, 2022 bahwa generasi milenial akan sulit memiliki rumah karena kenaikan harga rumah tidak sebanding dengan pendapatan. Selain itu, kawasan perkotaan dinilai memiliki daya tarik yang lebih tinggi untuk ditinggali oleh generasi milenial karena menawarkan upah yang tinggi, ketersediaan lapangan pekerjaan dan kelengkapan layanan perkotaan. Permasalahan ini mengakibatkan permintaan perumahan di perkotaan terus meningkat, sedangkan lahan yang tersedia terbatas dan menyebabkan kenaikan harga perumahan. Artikel ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan dan tantangan generasi milenial dalam membeli hunian di DKI Jakarta dan Kota Surabaya. Metode yang digunakan dalam penyusunan artikel ini adalah metode kualitatif dengan mengkombinasikan antara pendekatan diskursus dengan pendekatan studi kasus menggunakan data sekunder dari berbagai sumber dari jurnal yang relevan dan terkini. Hasil temuan dari artikel ini yaitu, generasi milenial di DKI Jakarta kemampuan membeli rumah dipengaruhi oleh harga rumah yang terjangkau, dan ketersediaan kredit perumahan. Sedangkan, kendala yang dialami dalam membeli rumah adalah harga perumahan dan pendapatan yang tidak mencukup untuk membeli rumah. Disisi lain, generasi milenial di Kota Surabaya terkendala secara finansial yang utama adalah tidak adanya pinjaman dari kerabat dekat, pengeluaran untuk kebutuhan sehari-hari sudah cukup besar, tidak adanya fasilitas cicilan dengan nominal kecil, dan keterbatasan penghasilan.

Keywords: Generasi Milenial, Kemampuan Membeli, Perumahan

Share Link | Plain Format | Corresponding Author (Ayu Novita Sari)


30 PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR CERDAS DAN BERKELANJUTAN ABS-9

Rencana Pengembangan Kawasan Stadion Mandala Remaja di Kota Ambon dengan Konsep Sustainable
Adnan Affan Akbar Botanri, Atris Pattiasina, Aprilia Hellen Sopaheluwakan

Universitas Pattimura


Abstract

Stadion Mandala Remaja merupakan satu-satunya stadion yang terdapat di Kota Ambon, Provinsi Maluku yang dibangun di tahun 1970-an. Terdapat potensi sumber daya manusia yang begitu banyak di Kota Ambon seperti Ramdani Lestaluhu, Rizky Pellu, Aji Lestaluhu dan pemain dari Ambon lainnya yang sudah terkenal dan bertanding di liga utama Indonesia bahkan mewakili tim Nasional Indonesia dalam pertandingan besar, namun tidak didukung dengan ketersediaan infrastruktur stadion yang layak dan berkelanjutan. Permasalahan yang terjadi seperti sampah yang berserakan, tidak tersedia tempat sampah, tribun penonton yang berlumut dan ditumbuhi rerumputan, beberapa anak tangga yang rusak, tembok stadion yang sudah runtuh serta permasalahan lainnya. Berdasarkan permasalahan-permasalahan tersebut sehingga tujuan penulisan ini adalah untuk membuat rencana pengembangan kawasan Stadion Mandala Remaja dengan konsep sustainable. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini yakni analisis deskriptif kualitatif, analisis ketersediaan prasarana dan sarana dan analisis spasial. Hasil penelitian ini yakni perlu direncanakan beberapa sarana dan prasarana dengan konsep sustainable seperti panel surya untuk jaringan listrik, zero run off untuk jaringan air bersih dan jaringan drainase, pemanenan air hujan menggunakan atap stadion, jaringan persampahan daur ulang, permbuatan jaringan pedestrian dengan konsep active living, penyediaan transportasi publik, pembangunan bangunan hijau dan juga penyediaan lahan parkir di kawasan Stadion Mandala Remaja.

Keywords: Kota Ambon, Stadion, Sustainable

Share Link | Plain Format | Corresponding Author (Adnan Affan Akbar Botanri)


Page 1 (data 1 to 30 of 129) | Displayed ini 30 data/page
1 2 3 4 5 NEXT >>

ASPI 2023 - Conference Management System

Powered By Konfrenzi Ultimate 1.832M-Build6 © 2007-2024 All Rights Reserved