ASPI 2023
Conference Management System
Main Site
Submission Guide
Register
Login
User List | Statistics
Abstract List | Statistics
Poster List
Paper List
Reviewer List
Presentation Video
Online Q&A Forum
Access Mode
Ifory System
:: Abstract List ::

Page 5 (data 121 to 129 of 129) | Displayed ini 30 data/page
<< PREV 1 2 3 4 5

121 PENGEMBANGAN DAYA SAING EKONOMI DAN WILAYAH YANG BERKELANJUTAN ABS-96

Keadilan Pendidikan Bagi Penduduk di Kecamatan Sepaku
Ni G.A.Diah Ambarwati Kardinal*

Prodi Perencanaan Wilayah dan Kota , Fakultas Teknik, Universitas Hindu Indonesia
Jalan Sangalangit , Penatih, Kecamatan Denpasar Timur 80238, Indonesia
*diahkardinal[at]unhi.ac.id


Abstract

Nama Kecamatan Sepaku menjadi viral seiring dengan berita rencana perpindahan Ibukota Negara Indonesia dari Jakarta Ke Kabupaten Penajam Passer Utara Kalimantan Timur. Tepatnya di Kecamatan Sepaku. Perpindahan ini menimbulkan tanda tanya mengenai kesiapan dari masyarakat di Kecamatan Sepaku dibidang Pendidikan mengingat jumlah penduduk di Kecamatan Sepaku yang mengenyam pendidikan tamat SLTA Sederajat hanya sebesar 16,79 % , DI/DII/DIII sebesar 1,21 %, DIV/SI sebanyak 2,11 % dan S2/S3 hanya sebesar 0,09 % dari 37.171 jiwa. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan menggunakan data dari BPS Kecamatan Sepaku 2021 dan 2016 sebagai pembanding untuk dan dianalisis menggunakan SNI 03-1733-1989. Menggunakan data tahun 2021 karena data tahun 2022 belum mencantumkan data-data Pendidikan yang lengkap. Data Pendidikan yang dikaji meliputi banyaknya sekolah ditingkat TK, SD , SLTP, SMU, SMK, Madrasah Aliyah, Madrasah Tsanawiyah, Madrasah Ibtidaiyah dan Perguruan Tinggi/Akademi. Dari hasil analisis didapatkan bahwa penyediaan fasilitas Pendidikan di Kecamatan Sepaku didominasi oleh swasta pada tingkat TK sebanyak 14 TK dan 1 TK yang berstatus negeri menurun cukup besar dari kondisi tahun 2016 sebanyak total 29 TK. Kebutuhan total sebanyak 29 TK . Ditingkat SD, tidak terjadi penambahan jumlah SD selama kurun waktu 2016-2021 yakni 27 SD, yang terdiri atas 24 Desa Negeri dan 3 SD Swasta. Melebihi dari kebutuhan berdasarkan analisis sebanyak 23 SD. Ditingkat SMP dibutuhkan penambahan 1 SMP dari kondisi saat ini sebanyak 7 SMP. Madrasah Tsanawiyah hanya berada di Desa Argo Mulyo sebanyak 1 MTS. Ditingkat SMA dan SMK , terdapat 2 SMA dan 3 SMKN. Dua desa yakni Sukaraja dan Telemow dengan populasi lebih dari 3000 jiwa juga harus mendapatkan perhatian dalam ketersediaan sekolah setingkat SMA. Jumlah yang sama dari tahun 2016. Terdapat penambahan 1 Madrasah Aliyah. Tidak terdapat Universitas di Kecamatan Sepaku. Perlu peran yang lebih signifikan dari pemerintah terutama pada Pendidikan di tingkat Taman Kanak-Kanak dan juga di tingkat SMA/SMK/MA untuk mengejar ketertinggalan di bidang pendidikan.

Keywords: Jenjang Pendidikan, Pemerintah, Peran, Sepaku Swasta

Share Link | Plain Format | Corresponding Author (Ni G A Diah Ambarwati Kardinal)


122 PENGEMBANGAN DAYA SAING EKONOMI DAN WILAYAH YANG BERKELANJUTAN ABS-98

ANALISIS INDEKS DESA MEMBANGUN KECAMATAN POLONGBANGKENG SELATAN DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN EKONOMI WILAYAH BERKELANJUTAN
Andi Idham A.P (a), Irsyadi Siradjuddin(a), Aulia Yunindah(a), Dewi Safitri(a), Yuliana Sari(a), Iswahyuddin(a), Muh Nur Syafaat(a)

(a)Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota/Sains dan Teknologi/UIN Alauddin Makassar


Abstract

Pengembangan ekonomi berkelanjutan di desa menjadi isu yang semakin penting dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Pengembangan desa dapat dilakukan dengan mengoptimalkan potensi yang ada dalam desa dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat secara keseluruhan. Menurut data Badan Pusat Stastistik (BPS) sekitar 70% penduduk Indonesia tinggal di pedesaan dan sebagian besar mengandalkan sektor pertanian sebagai sumber penghidupan utama. Namun masih banyak desa yang mengalami ketimpangan pembangunan ekonomi dan
sosial, serta kesulitan dalam meningkatkan kemandirian ekonomi lokal. Peningkatan status indeks desa membangun sangat bergantung pada dana desa dan ekonomi masyarakat desa. Namun, fakta di lapangan masih ada beberapa desa yang sudah memiliki dana desa namun status indeks desa membangunnya masih berkembang. Untuk mempercepat pembangunan, serta meningkatkan keterjangkauan dalam wilayah tertinggal pemerintah pusat melakukan usaha untuk mengatasi hal tersebut melalui kebijakan dana desa. Dana desa merupakan dana yang
sumbernya berasal dari APBN, yang kemudian ditransfer melalui APBD Kabupaten/Kota yang nantinya bertujuan untuk mendanai berbagai kegiatan-kegiatan desa seperti program pembangunan, pemberdayaan serta pemerintahan desa. Hadirnya dana desa diharapkan setiap desa mampu meningkatkan status desa menjadi desa yang mandiri dalam bidang ketahanan sosial, ketahanan ekonomi, dan ketahanan lingkungan. Kemampuan dan keberhasilan desa dalam meningkatkan kemandiriannya dapat diukur melalui indeks desa membangun
sebagaimana tertuang dalam Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, Dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2016 Tentang Indeks Desa Membangun. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah
memberikan gambaran umum potensi desa, mengukur ketahanan desa dalam berbagai aspek, dan merumuskan strategi perencanaan pengembangan kawasan desa terpadu di Kecamatan Polongbangkeng Selatan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif dan kualitatif dengan menggunakan sumber data primer dan sekunder, sumber data penelitian berupa observasi lapangan, dokumentasi, wawancara, dan kusioner. Metode analisis yang digunakan meliputi analisis potensi desa, Indeks Desa Membangun (IDM) dan analisis SWOT.
Berdasarkan hasil penelitian, Kecamatan Polongbangkeng Selatan memiliki potensi desa meliputi hasil pertanian dan perkebunan, dengan pertanian sebagai sumber mata pencaharian utama. Komoditas tanaman pangan yang dominan adalah padi dan jagung. Berdasarkan hasil analisis Indeks Desa Membangun (IDM), Desa Moncongkomba memiliki skor IDM tertinggi yaitu 0.71, sehingga masuk dalam klasifikasi desa maju. Sementara itu, empat desa lainnya yaitu Desa Cakura (0.66), Desa Su^rulangi (0.65), Desa Lantang (0.67), dan Desa Kale Lantang (0.62),
termasuk dalam klasifikasi desa berkembang. Secara keseluruhan, IDM Kecamatan Polongbangkeng Selatan mencapai skor 0.662, termasuk dalam klasifikasi desa berkembang. Tingkat perkembangan Bumdes di Kecamatan Polongbangkeng Selatan bervariasi, dengan Bumdes di Desa Su^rulangi masuk dalam klasifikasi maju, Bumdes Desa Moncongkomba dan Desa Kale Lantang masuk dalam klasifikasi dasar, dan Bumdes Desa Cakura dan Desa Kale Lantang masuk dalam klasifikasi berkembang. Hasil analisis SWOT menunjukkan bahwa Kecamatan Polongbangkeng Selatan berada dalam kuadran I dan II. Desa-desa yang berada di kuadran I adalah Desa Su^rulangi, Desa Moncongkomba, Desa Cakura, dan Desa Lantang, sedangkan Desa Kale Lantang berada di kuadran II.Berdasarkan hasil analisis SWOT Kecamatan Polongbangkeng Selatan dapat melakukan ekspansi dengan
memperbesar pertumbuhan dan meraih kemajuan secara maksimal untuk menghadapi sejumlah tantangan dalam melakukan pengembangan di setiap desa

Keywords: bumdes, desa, ekonomi, pengembangan, potensi

Share Link | Plain Format | Corresponding Author (Sry Zulfahmiati Kamaluddin)


123 PENGEMBANGAN DAYA SAING EKONOMI DAN WILAYAH YANG BERKELANJUTAN ABS-104

Pola Penerapan Ekonomi Sirkular dalam Usaha Batik di Kota Pekalongan
M Indra Hadi Wijaya (a*), Holi Bina Wijaya (a), Zukruf Nofandaya (a), Tuti Fadiyah (a).

(a) Universitas Diponegoro,
Prof Soedarto No 1, Tembalang, Kota Semarang, Indonesia


Abstract

Penelitian ini mengeksplorasi penerapan dan potensi implikasi model ekonomi sirkular dalam industri batik di Pekalongan, Indonesia. Sebagai warisan budaya yang menonjol, industri batik memainkan peran penting dalam perekonomian dan tradisi daerah. Namun, praktik produksi dan konsumsi linier konvensional telah menghasilkan tantangan lingkungan, penipisan sumber daya, dan timbulan limbah. Dengan menganut prinsip ekonomi sirkular yang menekankan pada efisiensi sumber daya, pengurangan limbah, dan sistem loop tertutup, industri batik di Pekalongan dapat berkembang menuju praktik yang berkelanjutan dan bertanggung jawab terhadap lingkungan. Studi ini mengkaji aspek-aspek kunci penerapan ekonomi sirkular di sektor batik lokal, mengambil wawasan dari penerapan ekonomi sirkular yang sukses di industri lain. Selain itu, makalah ini menganalisis potensi manfaat dan tantangan penerapan prinsip ekonomi sirkular di industri batik Pekalongan dan mengeksplorasi peran berbagai pemangku kepentingan dalam mempromosikan sirkularitas. Dengan menyoroti kelayakan dan keunggulan model ekonomi sirkular, penelitian ini berkontribusi pada upaya berkelanjutan untuk mendorong praktik berkelanjutan dalam industri batik Pekalongan.

Keywords: Ekonomi Sirkular, Batik,

Share Link | Plain Format | Corresponding Author (M Indra Hadi Wijaya)


124 PENGEMBANGAN DAYA SAING EKONOMI DAN WILAYAH YANG BERKELANJUTAN ABS-114

Potensi Pengembangan Ekowisata Perkotaan di Kabupaten Bekasi dari Sisi Karakteristik Kunjungan Wisatawan
Cathelya Yosephine Hotasina, Desiree Marlyn Kipuw

Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik dan Desain, Institut Teknologi Sains Bandung


Abstract

Kabupaten Bekasi merupakan bagian dari Kawasan Metropolitan Jabodetabek-Punjur yang diarahkan untuk menjadi kawasan industri. Muncul berbagai kawasan permukiman, yang berisikan perumahan lengkap dengan fasilitasnya, sebagai bentuk dari bangkitan aktivitas industri yang berjalan. Di lain sisi, di antara pengembangan kawasan perkotaan akibat munculnya kawasan industri ini, ternyata masih banyak kekayaan dan keindahan alam yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi daya tarik wisata alam. Beberapa di antaranya juga sudah dikembangkan menjadi sebuah destinasi wisata, melalui inovasi yang dilakukan oleh kelompok masyarakat lokal, seperti BUMDes, kelompok sadar wisata, dan kelompok masyarakat lainnya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji potensi pengembangan ekowisata perkotaan di Kabupaten Bekasi, terutama dari sisi karakteristik kunjungan wisatawan sebagai bagian dari sisi permintaan. Pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan metode survey data primer, dengan melakukan observasi lapangan, menyebarkan kuesioner dan indepth interview. Analisis yang akan dilakukan antara lain analisis kewilayahan, dan analisis isi. Hipotesa awal dari penelitian ini adalah (1) penduduk perkotaan Kab. Bekasi berpotensi besar untuk menjadi pasar wisatawan utama bagi produk ekowisata di kawasan perkotaan Kab. Bekasi- (2) daya tarik dan potensi daya tarik wisata di kawasan perkotaan Kab. Bekasi dapat dikemas menjadi produk ekowisata perkotaan yang sesuai dengan preferensi penduduk perkotaan Kab. Bekasi- dan (3) pengembangan ekowisata perkotaan dapat menjadi inovasi baru kepariwisataan di Kab. Bekasi yang berbasis masyarakat.

Keywords: ekowisata, kawasan perkotaan, kawasan industri

Share Link | Plain Format | Corresponding Author (Cathelya Yosephine Hotasina)


125 PENGEMBANGAN DAYA SAING EKONOMI DAN WILAYAH YANG BERKELANJUTAN ABS-120

Evaluasi Dampak Pemindahan Ibu Kota Negara terhadap Daya Saing Industri MICE di DKI Jakarta
1 Desiree Marlyn Kipuw, 2 Cathelya Yosephine Hotasina

Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik dan Desain,
Institut Teknologi Sains Bandung, Kota Deltamas - Cikarang


Abstract

Industri MICE di Pulau Jawa merupakan salah satu kegiatan ekonomi unggulan sesuai dengan arahan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional tahun 2020-2024. Sebagai salah satu industri, MICE memiliki dampak ekonomi yang signifikan bagi wilayah yang menjadi destinasi karena memiliki rantai pasok dan trickling down effect yang besar. Demikian pula untuk wilayah DKI Jakarta yang saat ini merupakan ibu kota negara dengan fungsi sebagai pusat pemerintahan dan pusat perdagangan dan jasa skala nasional. Kegiatan rapat, konferensi, pameran, dan perjalanan dinas yang merupakan bagian dari industri MICE tumbuh dan berkembang di Jakarta untuk melayani kegiatan pelayanan pemerintahan di ibu kota negara. Dengan jumlah fasilitas sebanyak 397 hotel yang melayani MICE, jumlah kunjungan wisatawan dengan motivasi terkait MICE yang mendominasi hingga 70% dari total kunjungan ke DKI Jakarta, serta dampak langsung dan tidak langsung terhadap pergerakan perekonomian Jakarta, membuat rencana pemindahan ibu kota negara diperkirakan akan berdampak langsung terhadap keberlanjutan industri MICE di Jakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat dampak pemindahan ibu kota negara terhadap daya saing industri MICE di DKI Jakarta, serta strategi yang dibutuhkan untuk perkembangan industri MICE di DKI Jakarta pasca pemindahan ibu kota negara. Evaluasi ex-ante dilakukan untuk mengkaji rencana pemindahan ibu kota negara dan dampaknya terhadap industri MICE di Jakarta. Selain itu, dilakukan analisis SWOC untuk menyusun rekomendasi strategi yang diperlukan agar industri MICE di Jakarta dapat tumbuh sebagai industri yang tangguh dan tetap berkembang pasca pemindahan ibu kota.

Keywords: Evaluasi, Ibu kota negara, MICE

Share Link | Plain Format | Corresponding Author (Desiree Kipuw)


126 PENGEMBANGAN DAYA SAING EKONOMI DAN WILAYAH YANG BERKELANJUTAN ABS-123

Penegasan Batas Wilayah untuk mendukung Percepatan Daya Saing ekonomi di Kab. Pekalongan
Aditya Puspasari 1,*, Siti Kamila 2, Brian Pradana 3, Rendy Akbar 4

1,2,3Program Studi Diploma III Perencanaan Tata Ruang Wilayah dan Kota K. Pekalongan, Sekolah Vokasi, Universitas Diponegoro
4 Program studi Perencanaan Wilayah dan Kot, Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Pradita, Indonesia


Abstract

Batas wilayah daerah merupakan informasi geospasial dasar yang digunakan sebagai basis data perencanaan pembangunan suatu daerah. Batas wilayah daerah memiliki peranan penting dalam batas daerah sebagai batas yurisdiksi pemisah batas suatu daerah dengan daerah lain. Kegiatan penegasan batas daerah merupakan wujud implementasi dari Permendagri No. 141 Tahun 2017 tentang Penegasan Batas Daerah. Penegasan batas daerah menjadi hal penting dalam menerapkan pembangunan daerah sehingga dapat meningkatkan potensi yang dimiliki oleh suatu daerah dengan adanya batas daerah yang jelas berfungsi untuk memudahkan pemerintah dalam mengatasi permasalahan secara administratif. Kabupaten Pekalongan telah melaksanakan kegiatan penegasan batas daerah dengan Kota Pekalongan pada tahun 2021.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi peran dari penegasan daerah dalam mendukung percepatan daya saing ekonomi khususnya yang berada di Kabupaten Pekalongan. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dan observasi di lapangan untuk mendapatkan posisi segmen batas pada wilayah studi. Metode analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah menggunakan metode deskriptif kuantitatif yaitu dengan mengolah data penegasan batas daerah menggunakan metode analisis overlay dan mengidentifikasi hasil penegasan tersebut terhadap pendapatan ekonomi wilayah yang ada di Kabupaten Pekalongan.

Keywords: Batas daerah, Daya saing ekonomi, kab. Pekalongan

Share Link | Plain Format | Corresponding Author (Deny Aditya Puspasari, S.T, M.PWK)


127 PENGEMBANGAN DAYA SAING EKONOMI DAN WILAYAH YANG BERKELANJUTAN ABS-131

Perencanaan Kawasan Strategis Sosial Budaya Majapahit berbasis Community Based Tourism dalam Mewujudkan Pariwisata Inklusif
G. A. P. Dyaksa (a*), A. S. Rahmawati (b), F. S. P. Puspita (c), S. N. Vera (d), Y. Nabila (e)

a, b, c, d, e) Departemen Perencanaan Wilayah Kota, Fakultas Teknik Sipil Perencanaan dan Kebumian, Institut Teknologi Sepuluh Nopember
*abhicanika.205015[at]mhs.its.ac.id


Abstract

Sektor pariwisata telah berkembang dengan pesat dan membawa manfaat dalam pelestarian warisan seni, adat, budaya serta penguatan ketahanan masyarakat. Kecamatan Trowulan dan Jatirejo sebagai wilayah yang kaya akan daya tarik wisata berlatar budaya, religi dan alam telah ditetapkan sebagai Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (PP No. 50 Tahun 2011) serta diarahkan pengembangannya sebagai Kawasan Pariwisata Berkelanjutan (Perda Kabupaten Mojokerto No. 8 Tahun 2019). Akan tetapi, kondisi eksisting di kedua kecamatan tersebut menunjukkan masih minimnya kepedulian dan keterlibatan masyarakat sehingga pengembangan pariwisata cenderung kurang progresif serta inklusif. Selain itu, ditemukan kurangnya aksesibilitas dan pengintegrasian antar obyek daya tarik wisata (ODTW) dengan simpul utama transportasi. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis integrasi dan klasterisasi ODTW di Kecamatan Trowulan dan Jatirejo sebagai Kawasan Strategis Sosial Budaya Majapahit. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif melalui teknik scoring, weighting serta analisis spasial untuk menentukan prioritas ODTW dan klaster pariwisata. Adapun dalam perumusan strategi dan arahan pengembangan pariwisata menggunakan teknik analisis SWOT. Proses pengumpulan data dilakukan secara primer melalui observasi lapangan, dan secara sekunder dilakukan melalui studi literatur.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 30 ODTW di wilayah perencanaan, terdapat 7 ODTW yang potensial untuk dikembangkan sebagai pariwisata utama, sedangkan 8 ODTW lainnya memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai pariwisata pendukung. Keseluruhan ODTW yang diprioritaskan pengembangannya menunjukkan adanya urgensi pembentukan klaster pariwisata untuk menjamin terciptanya pariwisata yang inklusif. Terbentuk sejumlah 5 klaster pariwisata yang tersebar kedalam 12 desa, dengan Desa Bejijong, Desa Kejagan, Desa Sentonrejo, dan Desa Trowulan termasuk ke dalam klaster 1 sebagai prioritas pertama. Adapun klaster 1 memiliki potensi bencana banjir, cuaca ekstrim, dan kekeringan. Berikutnya klaster 2 pariwisata yang menempati prioritas kedua, meliputi Desa Beloh, Desa Temon, dan Desa Trowulan yang memiliki potensi bencana banjir, cuaca ekstrim, dan kekeringan. Desa Bicak, Desa Panggih, dan Desa Tawangsari tergolong ke dalam klaster 3 pariwisata, dengan potensi bencana banjir, cuaca ekstrim, dan kekeringan. Klaster 4 yang menempati prioritas pengembangan pariwisata keempat terdiri dari Desa Jembul dan Desa Rejosari. Dimana, klaster ini memiliki potensi bencana tanah longsor, kekeringan, dan kebakaran hutan. Terakhir adalah klaster 5, yang terdiri dari 3 desa meliputi Desa Jembul, Desa Rejosari, dan Desa Tawangrejo dengan potensi bencana tanah longsor, kekeringan, dan kebakaran hutan.
Sebagai upaya adaptasi dari potensi bencana di masing-masing klaster pengembangan pariwisata, direncanakan rute evakuasi bencana yang disusun melalui network analysis untuk mencari rute tercepat dari titik awal evakuasi menuju shelter evakuasi akhir. Adapun dalam proses analisisnya, ditetapkan beberapa kriteria meliputi jenis penggunaan lahan, intensitas curah hujan, bahaya banjir, buffer jaringan jalan dan sungai, serta tingkat risiko multi bencana. Di Kecamatan Trowulan dan Jatirejo, terdapat 106 titik shelter dengan kondisi yang cukup layak dan 37 titik dengan kondisi yang kurang layak. Adapun jumlah pada klaster 1 sebanyak 13 shelter, klaster 2 sebanyak 3 shelter, klaster 3 sebanyak 2 shelter, klaster 4 sebanyak 2 shelter, dan klaster 5 sebanyak 2 shelter. Di lain sisi, jaringan rute klaster disusun dalam penelitian ini untuk mendukung pariwisata terintegrasi. Jaringan penghubung berupa rute transportasi disusun melalui network analysis dengan mempertimbangkan kriteria jarak tempuh antar klaster serta jaringan jalan sehingga dapat ditentukan rute perjalanan yang paling efektif. Jaringan rute klaster diklasifikasikan menjadi jaringan rute dalam klaster serta antar klaster. Sebagai tindak lanjut dari UU No. 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya, penelitian ini menghasilkan luaran berupa zonasi cagar budaya dalam Kawasan Strategis Sosial Budaya Majapahit. Zonasi cagar budaya diklasifikasikan dalam zona inti, zona penyangga, zona pengembangan, serta zona penunjang yang terletak di klaster pariwisata 1, 2, dan 3. Luaran terakhir adalah hasil analisis SWOT, yang menunjukkan bahwa kesadaran dan tingkat partisipasi masyarakat masih rendah dalam mengelola potensi di kawasan pariwisata Majapahit. Oleh karenanya, konsep pengembangan Kawasan Strategis Sosial Budaya Majapahit diarahkan berbasis Community Based Tourism (CBT) untuk mewujudkan pariwisata yang inklusif, berkelanjutan dan resilient. Implementasi konsep tersebut dilakukan melalui penerapan program sosialisasi, penyuluhan strategi serta peluang pengelolaan ODTW- pemberdayaan dan pendampingan kelompok masyarakat- penyediaan insentif bagi masyarakat atau kelompok masyarakat yang mengelola ODTW secara mandiri.

Keywords: CBT, Klaster, Masyarakat, ODTW, Pariwisata

Share Link | Plain Format | Corresponding Author (Farah Sabara Putri Puspita)


128 PENGEMBANGAN DAYA SAING EKONOMI DAN WILAYAH YANG BERKELANJUTAN ABS-138

Membandingkan Ibukota-Ibukota Negara di Asean: Pariwisata dan kerangka kerja pemerintah
Heru Purboyo Hidayat Putro

Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota-
Sekolah Arsitektur, Perencanaan, dan Pengembangan Kebijakan-
Institut Teknologi Bandung


Abstract

Sebagai suatu kota, ibukota negara banyak yang sekaligus berperan sebagai destinasi wisata. Pariwisatanya cenderung bersifat pariwisata perkotaan. Jumlah wisatawan yang berkunjung ke kota-kota tersebut bervariasi antara suatu negara dengan negara lain. Jenis wisatawannya juga membaur antara yang asing dan domestik. Malah di antara ibukota negara Asean ada yang terus mengembangkan dan meningkatkan daya tariknya supaya wisatawan tidak enggan berkunjung ulang. Makalah ini meninjau perkembangan pariwisata di beberapa ibukota-ibukota negara Asean secara deskriptif. Kemudian dilacak bagaimana upaya pemerintah terkait dengan perkembangan tersebut. Apa-apa yang diperoleh dari perbandingan yang dilakukan diharapkan dapat menjadi lesson-learned bagi perencanaan ikukota negara yang sedang dijalankan oleh pemerintah Indonesia.

Keywords: ibukota negara, pariwisata, kerangka kerja pemerintah, wisatawan

Share Link | Plain Format | Corresponding Author (Heru Purboyo Hidayat Putro)


129 PENGEMBANGAN DAYA SAING EKONOMI DAN WILAYAH YANG BERKELANJUTAN ABS-144

Pengembangan Industri Pengolahan Hasil Pertanian di Kabupaten Tanah Datar
Vanda Prananola Mukhtim, Harne Julianti Tou, Togu Alif Maulana Lubis

Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Bung Hatta.


Abstract

Kabupaten Tanah Datar yaitu daerah agraris, lebih 70% penduduknya bekerja pada sektor berbasis pertanian, pariwisata dan industri kecil atau agro industri. Dari 14 kecamatan yang ada di Kabupaten Tanah Datar terdapat 6 kecamatan yang terpilih sebagai kecamatan yang memiliki industri terbanyak dan nilai produksi tinggi. Sektor industri pengolahan hasil pertanian yang ada di Kabupaten Tanah Datar masih belum merata perkembangannya. Hal ini dikarenakan belum teridentifikasinya potensi dan masalah yang menjadi penghambat dalam perkembangan sektor industri tersebut. Untuk itu perlu identifikasi potensi dan masalah dari sektor industri menggunakan olahan hasil pertanian Kabupaten Tanah Datar untuk dapat dilakukan pengembangan dari beberapa aspek yang menjadi permasalahan dalam penghambat dan perkembangan sektor-sektor industri. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode pengumplulan data berupa survey primer dan sekunder, selanjutnya metode analisis berupa analisis jenis industri, bahan baku, penyerapan tenaga kerja, proses produksi, pola usaha, pemasaran, segmentasi pasar, dan kelembagaan. Konsep industri pengolahan hasil pertanian dengan dasar man,money,machine,material dan market bertujuan untuk membuat nilai yang lebih tinggi dari produk lokal karena produk lokal sering terkikis oleh zaman yang akan kalah saing dengan produk dari luar. Dalam rencana dan pengembangan industri pengolahan hasil pertanian ini dibutuhkan 5 tahap indikasi program yaitu strategi pengembangan SDA, strategi pengembangan SDM, strategi pengembangan modal, strategi pemasaran dan strategi pengembangan sarana dan prasarana industri. Program tersebut merupakan arahan perwujudan kegiatan industrialisasi berbasis sumber daya lokal yang ingin dicapai pada masa yang akan datang sesuai dengan rencana tahun perencanaan yakni 10 tahun.

Keywords: Industri pengolahan hasil pertanian, potensi dan masalah, konsep dan rencana

Share Link | Plain Format | Corresponding Author (Harne Julianti Tou)


Page 5 (data 121 to 129 of 129) | Displayed ini 30 data/page
<< PREV 1 2 3 4 5

ASPI 2023 - Conference Management System

Powered By Konfrenzi Ultimate 1.832M-Build6 © 2007-2024 All Rights Reserved