Analisis Waktu Tempuh Pergerakan untuk Bekerja di Kota Bandung
Vania Vinishaumi, I Gusti Ayu Andani

Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Institut Teknologi Bandung


Abstract

Menurut data Asia Development Outlook 2019, Kota Bandung menempati urutan ke-14 kota termacet di Asia. Sementara DKI Jakarta menempati di urutan ke-17, sementara Surabaya menempati di urutan ke-20. Adapun dari 2,2 juta unit kendaraan di Kota Bandung, terdiri dari 1,7 juta kendaraan motor dan 500 ribuan pada kendaraan mobil. Ketidaksesuaian antara tempat tinggal dan tempat bekerja atau beraktivitas didukung dengan minimnya penyediaan angkutan umum mengakibatkan tingginya kepemilikan kendaraan dan mobilitas penduduk.

Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui variabel apa saja yang dapat mempengaruhi waktu tempuh pergerakan dan kecenderungan masyarakat dalam memilih lokasi bekerja atau lokasi tempat tinggal. Analisis faktor digunakan untuk mengidentifikasi variabel laten, seperti kepuasan terhadap pergerakan dan lokasi tempat tinggal saat ini. Kedua variabel ini bersama dengan yang diobservasi, seperti variabel sosio-ekonomi, karakteristik pergerakan, karakteristik tempat tinggal, dan karakteristik tempat bekerja digunakan untuk memodelkan waktu tempuh pergerakan untuk bekerja dengan menggunakan model regresi linear berganda.

Dengan jumlah observasi sebesar 282 responden, terdapat enam variabel independent yang berpengaruh terhadap waktu tempuh perjalanan, yaitu variabel jarak, variabel pemilihan moda kendaraan pribadi, variabel biaya pengeluaran, variabel pendapatan, dan variabel kepuasan terhadap kedekatan tempat tinggal serta kepuasan terhadap keamanan dan kenyamanan tempat tinggal. Keenam variabel independen tersebut mampu menjelaskan variansi variabel dependen sebesar 51,91%.

Studi ini menemukan bahwa pengguna angkutan umum cenderung memiliki waktu tempuh yang lebih lambat dibandingkan pengguna kendaraan pribadi dan transportasi online. Pengguna transportasi online memiliki waktu tempuh yang paling cepat dibandingkan pengguna kendaraan pribadi dan angkutan umum. Walau demikian, kami menemukan bahwa responden yang memiliki pendapatan yang lebih tinggi cenderung bertempat tinggal jauh dari tempat bekerjanya sehingga memiliki waktu tempuh pergerakan yang lebih tinggi. Hal ini disebabkan oleh preferensi untuk memiliki tempat tinggal yang nyaman dan aman, walaupun harus bertempat tinggal jauh dari tempat bekerja. Sementara responden dengan pendapatan lebih rendah (di bawah UMR) cenderung memilih tempat tinggal yang dekat dengan tempat bekerja.

Temuan ini menguatkan urgensi untuk menyediakan pemukiman yang layak dan terjangkau di pusat kota atau pusat-pusat aktivitas. Penyediaan layanan angkutan umum yang terintegrasi dan memiliki konektivitas tinggi perlu dipersiapkan untuk melayani pusat-pusat aktivitas tersebut dan pemukiman-pemukiman penduduk hingga di daerah pinggiran.

Keywords: lokasi tempat tinggal, kemacetan, komuter, waktu tempuh.

Topic: PEMODELAN DAN PENGEMBANGAN TRANSPORTASI CERDAS

ASPI 2023 Conference | Conference Management System